“AKU BERKATA KEPADAMU,SESUNGGUHNYA HARI INI JUGA ENGKAU AKAN ADA BERSAMA-SAMA DENGAN AKU DIDALAM FIRDAUS “
Refleksi Minggu Sengsara Kedua
Perkataan Yesus yang kedua di Atas Kayu Salib
Kata Yesus kepadanya:”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga enggkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”
(Lukas 23:43)
Pertandingan sepak bola, satu kesebelas unggul gol sementara dalam pertandingan, belum dikatakan menang. Apabila dikatakan menang, kalau wasit meniupkan peluit, pertanda bahwa pertandingan telah selesai dan tim tersebut masih unggul. Mengapa? Karena selama sembilan puluh menit waktu normal, dua kesebelasan masih mempunyai peluang untuk menang. Ada kesebelasan yang telah ungggul dalam menit awal atau babak pertama, tetapi sampai peluit panjang berbunyi pertanda pertandingan berakhir, mereka kalah karena lawan mampu menyamakan kedudukan dan berbalik unggul. Ada prinsip kuno dalam dunia persepakbolaan. “Waspada dalam lima menit pertama dan lima menit terakhir dalam setiap pertandingan”.
Prinsip ini mengingatkan setiap kesebelasan untuk selalu waspada karena akan sangat menentukan prestise dan kemenangan mereka. Jika terjadi gol pada lima menit yang pertama, kesebelasn yang menciptakan gol akan naik prestisenya, sedangkan yang kemasukan akan turun. Jika gol tercipta pada lima menit terakhir, kesebelasn yang akan menciptakan gol berpeluang besar untuk menang, karena akan susah menyamakan gol dalam waktu yang singkat.
HIDUP BAGAIKAN SEBUAH PERTANDINGAN
Hidup ibarat sebuah pertandingan. Rasul Paulus mengumpamakan kehidupan ini seperti seorang pelari atau petinju. Seorang pelari harus berlari dengan tujuan yang pasti, sedangkan seorang petinju harus berusaha memukul mengena sasaran. Untuk itu, seorang petinju atau pelari harus berlatih dengan keras agar memperoleh kemenangan, yaitu mahkota walaupun fana. Sedangkan pengikut-pengikut Kristus harus bertanding melatih tubuh sehingga dapat menguasainya, supaya terakhir menjadi pemenang, memperoleh mahkota kehidupan (I Kor. 10:24-27). Masuk ke firdaus bersama Yesus. Dalam hal ini, Paulus menasehati anak rohaninya agar bertanding dalam iman yang benar untuk memperoleh hidup yang kekal (I Tim. 6:12). Paulus sebagai pengikut Kristus telah mengakhiri pertandingan yang baik, mencapai garis finis, dan telah memilihara iman (II Tim. 4:7-8).
Lukas menceritakan suatu kejadian ketika Yesus diatas kayu salib. Yesus disalib bersama-sama dengan dua orang penjahat. Seperti sebuah pertandingan, dua orang yang mau mengakhiri pertandingan hidup di atas bukit Golgota. Pertandingan ini adalah “final”. Yesus di tengah-tengah mereka ikut beretanding demi keselamatan umat manusia.
Ia yang tidak mengenal dosa dibuat menjadi orang berdosa, sama dengan manusia, agar manusia diselamatkan. Kita memperoleh informasih tentang hasil pertandingan Yesus dari Alkitab, bahwa Ia adalah Anak Allah yang diutus ke dalam dunia untuk menyelamtkan manusia. Barang siapa yang percaya kepada-Nya akan memperoleh hidup yang kekal. Ia telah menyelesaikan tugas-Nya di dunia, dan puncak dari pada tugas-Nya ialah mati di atas kayu salib, agar manusia bebas dari hukuman. Sedangkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia, kita tidak memperoleh informasi mengenai kehidupan mereka. Namun dikatakan bahwa dua orang penjahat. Karena menurut hukum Yahudi, orang yang digantung di atas kayu salib adalah orang yang melakukan kejahatan. Salib merupakan kutukan (Ul. 21:23; Gal. 3:13) jadi Yesus juga dianggap terkutuk. Dari hasil pertandingan di bukit Golgota, ada seorang yang keluar sebagai pemenang bersama dengan Yesus. Kepada yang menang, langsung diajak oleh Yesus ke tempat kediaman-Nya untuk tinggal di sana sampai selamanya. Hal ini merupakan suatu kehormatan khusus bagi para pemenang yang bertanding dengan baik. Tempat untuk para pemenang itu bernama firdaus, yang berasal dari bahasa Persia, taman yang bertembok. Kalau raja Persia mau menghormati rakyatnya dengan penghormatan khusus, maka raja itu akan mengudang rakyatnya berjalan-jalan bersama raja di dalam taman itu. Dalam Alkitab, firdaus sama artinya dengan sorga (Ef. 4:10; II Kor. 5:1,8.bdk. II Kor. 12:4; Why. 2:7).
Pertanyaan untuk kita berefleksi dalam minggu sengsara kedua ini adalah: Bertanding seperti apa sehingga penjahat yang satu itu keluar sebagai pemenang? Untuk itu, ada dua pokok yang menjadi bahan refleksi.
Pertama, Orang yang keluar sebagai pemenang dalam kehidupan ini adalah orang yang mengenal dirinya, orang yang bertanding dengan kerendahan hati, siap dikoreksi dan mengoreksi diri, dan mengaku salah dan berani berubah ternyata salah. Dan bertanding dengan penuh pengharapan kepada Tuhan yang menguji dan memberi penilaian (I Kor. 3:13-15). Itulah iman. Orang yang beriman itu rendah hati, dan siap dikoreksi dan mengoreksi diri, mengaku salah dan berani berubah bila ternyata salah, dan selalu menaruh pengharapannya kepada Tuhan. Sikap itu terlihat dari penjahat yang mengatakan bahwa: “tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah”. Penjahat ini sadar bahwa dia pantas mendapat hukuman yang setimpal, sedangkan Yesus yang disalibkan bersama-sama dengan mereka tidak bersalah. Dia juga tahu bahwa yang tersalib di sampingnya adalah Tuhan dan Raja, yang disalibkan karena dosa manusia. Penjahat itu tertunduk dan memohon kepada Tuhan, agar kelak Yesus datang kembali sebagai Raja dia diselamatkan. Ternyata pengharapannya tidak sia-sia. Tuhan menjawabnya lebih daripada apa yang dia harapkan. Hari ia bersama Yesus di firdaus.
Kasih Tuhan melampaui akal manusia. Ketika orang berbalik sungguh-sungguh kepada Tuhan dengan iman, maka Tuhan menerimanya dengan tangan terbuka tanpa syarat. Hal ini terlihat dari Yesus yang menerima penjahat tanpa melihat latarbelakangnya. Merayakan minggu-minggu sengsara Yesus, berarti harus mengingat, bahwa Yesus juga ikut bertanding bersama-sama dengan manusia sampai final, membawa orang melewati pertandinga (maut) dan memberi kemenangan. Mereka yang menang dalam pertandingan adalah mereka banyak berefleksi, memiliki kerendahan hati, yang peka melihat kehadiran Tuhan di tengah-tenga penderitaan dan berharap pada-Nya. Gereja yang menang adalah gereja yang banyak berefleksi tentang misinya di dunia, dan memiliki kerendahan hati untuk melayani. Gereja yang menjadi pemenang adalah gereja yang turut bertanding merasakan penderitaan umatnya, bukan gereja yang mencari kesenagan untuk diri sendiri. Bukan gereja yang mau cari selamat sendiri. Gereja Kristus adalah gereja yang menerima orang tanpa melihat latarbelakangnya. Gereja yang menjadi tempat untuk bersekutu bagi semua orang, kaya, miskin, berdosa, kudus, kecil, besar, dll. Gereja Kristus adalah gereja yang juga tersalib, dan selalu di samping umat yang berjuang dalam pertandingan penderitaan yang terasa sudah “final” untuk mengkahiri hidup ini, di situlah gereja hadir memberi solusi, yaitu “membawa mereka ke taman firdaus”. Menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah. Ada sebuah cerita pendek: Ada Kebaktian Kebangunan Rohani, pengkhotbah dengan semangat dan suara lantang berkata: “carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya maka semuahnya akan ditambahkan bagimu”. Tiba-tiba ada seorang ibu dari bawa podium, sambil menggedong anaknya berteriak: “Pak pendeta, kami mau mencari kerajaan Allah bagaimana, sedangkan kami kelaparan, tidak ada uang, anak dan suami saya ada sakit sekarang”.
Kedua, bukan menunggu sampai sampai bertanding baru berlatih. Para pemain atau atlet setiap hari berlatih dengan penuh displin.
Ada seorang bapak dan anak. Bapak ini mendapat tugas di luar daerah jadi ia berpesan kepada anaknya.
Bapak : “Nak, bapak ada mau tugas di luar daerah, jadi nak akan sendiri dalam beberapa waktu ke depan.”
Anak : “Bapak tugas berapa lama? Dan kapan pulang?”
Bapak : “Tidak tau kapan pulang. Tapi ingat! Jaga rumah, bermain jangan terlalu jauh dari rumah supaya sore bisa kasih bersih rumah, siram bunga, kasih masuk ayam, kasih makan babi.”
Anak : “Iya bapak, pulang bawa kasih saya hadia.”
Bapak ini berangkat ke tempat tugas. Karena ingat pesan bapaknya, maka anak ini melakukan tugas seperti yang dipesankan oleh bapaknya. Dia bermain dengan teman-temannya tidak jauh dari rumah, menjelang sore anak ini berhenti bermain agar melakukan tugasnya di rumah. Bapak ini tidak kunjung datang, anak ini semakin melupakan tugasnya, tidak ada yang mengingatkan dia. Dia bermain dengan temaan-temanya jauh dari rumah, dan jarang pulang rumah sehingga rumah tidak terurus. Semua tanaman kering, ayam mati, babi hilang. Suatu hari anak ini pulang ke rumah, sementara ia duduk di depan rumah tiba-tiba bapaknya turun dari mobil. Bagaimana perasaan anak ini? Kalau kita sebagai anak itu, bagaimana perasaan kita? Senang karena bapak datang, dan membawa hadia atau takut karena kita tidak melakukan tugas kita? Kita tidak tahu kapan akhir pertandingan hidup ini, maka kita perlu mendispilkan diri, mendisiplinkan anggota-anggota tubuh kita. Yesus berkata: Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkilah dan buanglah itu, karena lebih baik baginu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakan dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka (Mat. 5:28-30).
Firdaus itu untuk orang-orang mendisplinkan diri, mendisplinkan anggota-anggota tubuh dan sambil mempertahankan iman. Orang yang setia sampai akhir yang memperoleh keselamat. Jangan berpikir, nanti mau dekat akhir pertandingan hidup ini baru bertanding dengan baik. Yeus berkata: Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat di sorga tidak, dan anak pun tidak, hanya Bapa sendiri (Mat.24:36). Godaan dunia ini kadang membuat manusia tergiur dan lupa akan panggilannya di dunia, bahkan kehilangan identitas sebagai orang Kristen. Merayakan minggu sengsara berarti memandang kepada salib Yesus, dan berefleksi: Bahwa setiap saat saya harus bertanding dengan baik. Masa depan mulai dari masa kin.
Yesus ada bersama-sama dengan saya. Tidak ada orang yang gagal ketika bertanding bersama Yesus, walaupun ada suka dan duka. KJ 408 mengatakan bahwa “suka dan duka dipakai untuk kebaikanku….” Yesus sebagai manusia telah melewati pertandingan yang hebat di bukit Golgota, dan meperoleh kemenangan..
Selamat Memasuki Minggu Sengsara yang Kedua.
Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Fransiskus seran Nahak S.Th
Pendeta di Jemaat Besnam