BERI DIRI UNTUK DIPROSES – YEREMIA 18 : 1- 12

BERI DIRI UNTUK DIPROSES

YEREMIA 18 : 1- 12

PENGANTAR

Setelah ditahbiskan menjadi pendeta saya ke kampung. Ketika sampai di rumah beberapa orang tua telah menunggu saya untuk memberikan ucapan selamat atas penahbisan tersebut. Salah satu orang tua yang yang hadir mengatakan, “dia su jadi orang”. Dalam hati saya, apakah dulu saya bukan “orang” dan sekarang baru jadi “orang”? Lama baru saya mengerti pernyataan tersebut. Dalam lingkungan masyarakat tradisional seorang anak manusia dikatakan menjadi “orang” jika status sosialnya berubah. Anak tersebut memilik sebuah jabatan, pekerjaan, karena telah menyelesaikan proses pendidikan.

Nicolaus Driyarkara menyebutkan manusia bukan hanya sebagai makhluk “ada” (being), melainkan juga makhluk yang “menjadi” (becoming). Menurut Driyarkara, bahwa manusia dipanggil untuk wajib memanusiakan manusia lain melalui pendidikan. Pendidikan (sekolah) memanusiawikan manusia. Proses menjadi manusia adalah “proyek” terus-menerus dan tidak pernah usai. Artinya, proses itu belum selesai bahkan tidak akan selesai sampai Tuhan memanggil manusia pulang. Dalam proses membentukan mengarahkan hidup dan kualitas diri seseorang. Siapa (latar belakan, orientasi, kualitas) yang membentuk? Bagaimana pembentukannya?

Pengantar ini menghantar kita kepada pembahasan.

PEMBAHASAN TEKS

Yeremia dipanggil untuk menyampaikan hukuman yang akan datang dari Allah kepada bangsa Israel, yakni jatuhnya Yehuda dan Yerusalem ke tangan raja Babel (J. Blomendal). Yeremia pasal 18 hingga 20, mencatat awal masa pemerintahan Yoyakim (609-598 SM), saat itu raja baru Yehuda, Yoyakim, menentang Yeremia. Yeremia menubuatkan hukuman yang akan dialami oleh Yehuda, padahal bertentangan dengan kondisi keagamaan, politik yang dialami oleh bangsa itu. Hal ini merupakan dampak dari reformasi agama yang dilakukan oleh raja Yosia, ayahnya. Orang-orang Yehuda merasa nyaman dengan diri mereka sendiri, walaupun mereka hidup dalam singkritisme yang mendukakan hati Tuhan. Oleh karena itu, mereka menolak peringatan Tuhan. Dalam ayat 11, Tuhan dengan jelas menyatakan: … “Baiklah kamu masing-masing bertobat dari tingkah langkahmu yang jahat, dan perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu! Tetapi mereka menjawab, Tidak ada gunanya! Sebab kami hendak berkelakuan mengikuti rencana kami sendiri dan masing-masing hendak bertindak mengikuti kedegilan hatinya yang jahat” (ayat 12). Namun demikian, Yeremia tetap percaya bahwa bangsa Israel dan Yehuda akan diselamatkan. Yeremia selalu memanggil bangsanya untuk terus memperbaharui hati dan memberi hidup untuk dipimpin oleh Allah. Tuhan akan “membangun” dan “menanam” umat-Nya kembali, namun dengan ketentuan bahwa Ia harus merobohkan sesuai dengan kehendak-Nya (C. Barth).

Pasal 1-25 merupakan nubuat terhadap Yehuda dan Yerusalem.

Pembagian Yeremia 18:1-17 sbb;

a. Yeremia di perintahkan TUHAN untuk pergi ke rumah tukang periuk (18:1-4)

b. Tuhan berdaulat atas nasib buruk dan nasib baik (18:5-7)

c. Penyesalan Tuhan dan rencana baik Tuhan untuk umat-Nya (18:8-9)

d. Peringatan Tuhan untuk orang-orang jahat (18:10-14)

e. Kesimpulan (18:15-17)

Dalam bacaan ini, Yeremia diperintahkan untuk pergi ke rumah tukang periuk untuk menyaksikan pembuatan sebuah periuk dari tanah liat. “pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataan-Ku kepadamu.” (ay. 2). Ada penafsir mengatakan bahwa ayat ini kelanjutan dari Yeremia 7:4, di mana Allah Israel tidak “terikat” dalam ritus penyembahan di Bait Allah, namun Ia hadir dalam kehidupan orang-orang kecil, tukang kayu, tukang batu, petani dan masyarakat yang tertindas. Media pembelajaran tidak hanya dalam kurikulum yang dibuat oleh para imam, namun dalam kehidupan umat sehari-hari.

Apabila bejana yang dibuat oleh tukang periuk itu rusak, maka akan di buat kembali menjadi bejana yang lain atau yang berbeda bentuk dari bentuk sebelumnya. Pembuatan periuk itu, dijelaskan bahwa si tukang periuk akan membuat kembali bejana yang lain dengan tanah liat yang sama jika bejana itu rusak.

Secara tidak langsung, Allah sedang perlihatkan kepada Yeremia, di mana Allah ingin menyampaikan beginilah Allah akan bekerja terhadap umat-Nya.

Bagaimana proses pembentukan  bejana dari tanah liat? Pertama, si tukang periuk punya kuasa untuk membentuk tanah liat sesuai kehendaknya. Ia akan membuat tanah liat ini menjadi apa yang dia mau dan sesuai ukuran yang dia mau. Tentunya, berdasarkan bahan yang berkualitas untuk tujuan yang berkualitas juga. Di rumah tukang periuk itu, Yeremia memperoleh pengalaman dan pembelajaran baru. Dengan matanya sendiri, Yeremia menyaksikan cara kerja tukang periuk yang sangat menarik. Jika bejana yang dibuat dengan tangannya itu tidak sesuai dengan rencananya, atau bejana itu rusak, maka tukang periuk mengerjakannya kembali menjadi bejana atau periuk dalam bentuk lain. Ia membuat ulang bejana yang rusak sesuai dengan kehendaknya yang baik menurut pandangannya. Ayat 4, menyatakan “Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.”

Kedua, si tukang periuk bekerja dengan kesabaran sampai tanah liat menjadi sempurna dan berharga. Tukang periuk sabar mengeluarkan kotoran, kerikil dari tanah liat agar bersih dan siap dibentuk. Ayat 8 memberikan pesan kepada Yeremia tentang kemurahan Tuhan melalui kesabaran si tukang periuk. Tuhan begitu sabar. Ia memberikan kesempatan dengan mengatakan bahwa jika bangsa itu bertobat dari kejahatannya yang mereka lakukan, maka Tuhan akan menyesal telah menjatuhkan malapetaka bagi bangsa itu sendiri. Maka dengan demikian Ayat 9, menyatakan bahwa Tuhan akan membangun dan menanam artinya Tuhan memelihara mereka.

Ketiga, si tukang periuk membakar periuk yang sudah dibentuk dengan suhu yang panas agar dapat menjadi keramik yang indah. Pembakaran tanah liat yang dibentuk bertujuan untuk menjadikan kuat dan murni.

PENUTUP

Renungan :

Pertama, belajar tentang kehendak Tuhan. Tuhan Allah menyuruh Yeremia pergi kepada si tukang periuk untuk belajar tentang bagaimana Tuhan membentuk umat-Nya. Belajar bagaimana Tuhan Allah menjadikan manusia yang berguna, menarik, seperti bejana yang indah. Belajar adalah sebuah proses yang tidak akan berakhir. Jika saya tidak mengikuti proses belajar dari PAUD sampai perguruan tinggi, Calon Vikaris dan Vikaris maka saya tidak jadi “orang”. Semua orang yang berhasil dan menjadi berguna karena melalui sebuah proses panjang. Tanah liat tidak secara otomatis berubah menjadi bejana yang indah, tetapi tanah liat harus melalui beberapa proses sehingga dapat menjadi sebuah bejana yang berkualitas. Jika satu langkah saja terlewatkan, maka tukang periuk tidak akan memperoleh sebuah benda yang baik. Mungkin saja dia hanya akan mendapatkan bejana yang bentuknya kurang bagus, permukaannya retak-retak, penampilannya tidak berkilau, tidak dapat bertahan lama, atau kekurangan lainnya yang dapat ditemukan. Dalam proses pembentukan harus memberi diri. Dalam bacaan ini Allah dapat mengubah nubuatannya sesuai dengan respons manusia terhadap firman-Nya (Yer. 18:7-10).

Kedua, Tuhan berdaulat penuh terhadap umat-Nya. Tuhan berkuasa untuk membentuk manusia. Ia akan membentuknya sesuai dengan apa yang baik di mata-Nya. Ia akan mengubahnya menjadi lebih baik, karena pada dasarnya Tuhan tidak pernah merencanakan rancangan buruk bagi umat-Nya. Proses “pembentukan ulang” yang sering kali menyakitkan. Kita dibersihkan; segala ego, kebiasaan buruk, kesombongan, dan sebagainya ditanggalkan, dikikis lepas dari kita, dan proses itu tidaklah nyaman. Namun lihatlah hasil akhirnya, bahwa dengan melewati proses itulah kita akan menjadi anak-anak Tuhan yang bisa banggakan, dan menjadi alat kemuliaan-Nya. Karena itu, tunduk dan taatlah kepada kuasa Sang Pembentuk kita agar kita menjadi bejana yang berguna dan bermanfaat bagi semua orang.

Ketiga, pembentukan diri harus berani keluar dari kenyamanan, sebab kenyamanan itu belum tentu jalan Tuhan. Amsal 16:25 mengingatkan kita bahwa “Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut”. Bangsa Yahudi dan Israel nyaman dengan keadaan padahal mereka sementara menuju kepada hukuman. Ini menjadi refleksi bagi kita: mungkinkah kita sementara merasa nyaman dengan kondisi kita; bergereja kita, pendidikan anak-anak kita. Sebagai orang tua harus bertanya: ke arah mana pendidikan anak-anak saya? Bagaimana dengan kualitas pendidikan?. Teknologi semakin canggih, dunia semakin maju, bagaimana menyiapkan gereja dan anak-anak kita untuk menjawab tantangan zaman.

Keempat, ketika manusia memberikan dirinya kepada Tuhan untuk dibentuk, maka Ia yang berkuasa merubah hidup manusia. Tuhan merubah manusia ke arah yang lebih baik. Rancangan Tuhan bukan rancangan kecelakaan. Pasal 29 : 11 “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Jemaat diajak menyanyi  rohani “Bagaikan Bejana”.

Bagaikan bejana siap dibentuk

Demikian hidupku di tanganMu

Dengan urapan kuasa RohMu

Ku dibaharui selalu

Jadikan ku alat dalam rumahMu

Inilah hidupku di tanganMu

Bentuklan sturut kehendakMu

Pakailah sesuai rencanaMu

Ku mau sperti-Mu Yesus, disempurnakan selalu.  Dalam segnap jalanku, memuliakan namaMu

FN.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *