CERMIN BENDA YANG TAK BISA BERBOHONG
CERMIN BENDA YANG TAK BISA BERBOHONG
Cermin adalah salah satu terminal yang tak sepi dalam rumah. Setiap orang yang masuk keluar akan singgah dan melihat dirinya.
Saya tak bisa membayangkan kalau cermin itu bisa membohongi manusia. Misalnya, seorang bapak yang hendak mencukur kumis, cukur sebelah ketika ia melihat ke cermin lalu cermin menunjukkan bahwa semua telah bersih. Atau seorang ibu cukur alis mata tiba-tiba memperhatikan cermin sungguh-sungguh lalu cermin menunjukkan bahwa buluh alis mata telah tiada alias botak. Apa jadinya?
Belajar dari cermin bahwa ia benda mati yang tak berbohong.
Manusia adalah gambar Allah Kejadian 1:26-27 Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
Manusia laki-laki dan perempuan adalah cermin Allah. Namun cermin Allah telah retak, bahkan rusak sehingga cermin itu kita tidak bisa berdiri di depan dan bercermin. Allah menjadi manusia di dalam diri Yesus menjadi cermin Allah yang sesungguhnya. Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose 1:15 mengatakan, Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan. (Bdk;) Filipi 2:5-7 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Bercermin adalah implikasi etis bagi relasi sosial.
Mariah kita bercermin. Bapak bercermin kepada mama dan sebaliknya. Anak adalah cermin bapak dan mama karena bercermin kepada mama dan bapak.
Hal lain perlu kita renungkan adalah jika kita merusak kemanusiaan maka kita merusak cermin diri, merusak diri sendiri.
Di depan cermin kita berdiri dan melihat diri kita. Secara teologis di depan Yesus Kristus kita belajar dariNya tentang kesempurnaan kemanusiaan dan membersihkan diri kita. Mengaku dosa kita bahwa kita telah merusak gambar dan rupa Allah di dalam diri kita sebab di hadapan Allah kita tak bisa berbohong. (FN)