DAUD dan ISTRI-ISTRI serta PUTERA-PUTERANYA (2)- Pdt. S. V. Nitti

DAUD dan ISTRI-ISTRI serta PUTERA-PUTERANYA (2)

Salah seorang putera yang amat berambisi menjadi raja menggantikan ayahnya adalah Absalom. Absalom adalah anak dari istri Daud yang bernama Maakha, puteri Talmai Raja Gesur (2 Sam 3:3). Gesur adalah sebuah kota di Siria (2 Sam 15:8 … Aram = Siria), sebelah timurlaut Basan (Yos 12:5). Absalom lari kota ini setelah membunuh saudaranya Amnon (2 Sam 13:37). Jelas bahwa Absalom merupakan cucu seorang raja, yaitu Talmai di Gesur, dan putera seroang raja pula. Tentu ia merasa diri lebih istimewa, lebih unggul, dan lebih berhak, dibanding putera Daud yang lainnya, untuk menjadi raja menggantikan Daud, ayahnya. Patut diduga bahwa selama bertahun-tahun ia tinggal bersama raja Talmai, kakeknya, ia makin terinspirasi untuk menggantikan ayahnya. Tidak heran ia kembali ke Yerusalem dengan ambisi yang besar, Di Yerusalem ia segera membentuk Tim Kerja yang terdiri dari 50 orang dilengkapi dengan sebuah kereta kuda dan mulai berkampanye. Tentu saja kampanyenya bersifat mencari muka khususnya kepada orang-orang yang mencari keadilan kepada raja. Kampanye itu berlangsung empat tahun lamanya, sampai ia merasa bahwa ia telah memperoleh cukup banyak dukungan untuk merebut takhta dari ayahnya, mendahului saudara-saudaranya. Karena itu ia segera mendeklarasikan dirinya menjadi raja tanpa setahu ayahnya, dengan dukungan beberapa pejabat kerajaan, beserta dukungan dari suku-suku Israel yang berhasil didekatinya. Daud yang memperhitungkan kekuatan besar yang mendukung Absalom terpaksa melarikan diri dari Yerusalem, sementara Absalom masuk kota Yerusalem sebagai raja yang baru. (Baca 2 Sam 15 – 19).

Namun pada akhirnya Absalom mati terbunuh dalam perang antara para pendukungnya dengan para pendukung Daud ayahnya. Dan Daud kembali menjadi raja. Demikianlah ambisi yang kelewat batas, persekongkolan politik yang kuat, kampanye gelap yang mendiskreditkan saudara-saudaranya, akhir gagal. Gagal karena para penasihatnya kalah cerdik dari Husai, penasihat raja Daud yang setia dan tidak menghendaki perebutan kekuasaan dengan cara yang demikian itu.

Kita bersyukur bahwa GMIT bukanlah suatu kerajaan politik yang mengandalkan kekuasaan sebagai penentu maju mundurnya hidup menggereja dari GMIT. Tidak ! Ia adalah suatu komunitas beriman, yang dalam Pokok-Pokok Ekelsiologi GMIT disebut Keluarga Allah (Familia Dei). Karena itu, sekali pung ia mempunyai pemimpin yang disebut Majelis Sinode Harian, namun proses pemilihannya tidak perlu disertai persekongkolan, kampanye gelap yang mendiskreditkan fihak lain, demi ambisi berkuasa. Proses pemilihan itu sejatinya adalah suatu proses iman yang mencari untuk menyelaraskan proses-proses pemilihan sesuai dengan kehendak Kristus selaku Kepala Gereja yang telah memberi Roh Kudus memimpin dan memberanikan GMIT, termasuk Panitia Pemilihan, untuk bertindak gerejawi dalam seluruh proses pemilihan itu. Dalam proses sedemikian dukungan doa amat diperlukan supaya semangat duniawi tidak menodai iman gereja dalam proses-proses tsb.

Tuhan Yesus berkata bahwa mereka yang ingin menjadi besar dalam komunitas kemuridan, komunitas beriman, adalah mereka yang merendahkan diri menjadi pelayan tanpa membesar-besarkan diri, meneladani-Nya yang datang untuk melayani (Mat. 20:20-28). Nasihat Yesus itu disampaikan berkenaan dengan munculnya ambisi dan hasrat berkuasa dari Yakobus dan Yohanes yang didukung penuh oleh ibu mereka.

Salam dari Oebufu !

Sumber: FB Pdt. S. V.  Nitti

Senin, 17/4

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *