GEREJA YANG PEDULI TERHADAP PENDIDIKAN ANAK

GEREJA YANG PEDULI TERHADAP PENDIDIKAN ANAK

Pandemi covid -19 menimbulkan New Normal membuat anak-anak belajar secara daring dari rumah. Bagi anak-anak yang di kota, orang tua yang berpendidikan akan menaruh perhatian serius bagi anak-anak mereka sehingga menemani anak belajar dari rumah bahkan menjadi guru bagi anak-anak.

Berbeda dengan anak-anak sekolah di kampung. Bagi anak-anak di kampung New Normal adalah liburan. Orang tua dengan sumber daya manusia yang terbatas membiarkan saja anak-anak pada masa New Normal. Pendidikan anak-anak tidak diperhatikan.

Anak-anak yang baru kenal huruf di ruangan kelas kemudian terjadi pembatasan dan anak diwajibkan belajar dari rumah tapi orang tua tidak memperhatikan maka anak tersebut lupa huruf. Bahkan ada anak yang sudah bisa membaca kini tidak bisa membaca. Anak tak bisa lagi menulis dan berhitung.

“Anak saya SD kelas 3 dulu sebelum diwajibkan belajar di rumah bisa membaca, tapi setelah diwajibkan belajar dari rumah  sekarang sudah tidak bisa membaca. Kami orang tua mau ajar mereka membaca tapi kami sendiri tidak bisa membaca,” kata VN salah satu orang tua anak.

Selain keterbatasan sumber daya manusia, tetapi juga media belajar anak terbatas sehingga tidak ada rangsangan tersendiri bagi anak untuk belajar dari rumah.

“Kami dengar bahwa anak-anak belajar di radio atau televisi ada jam tertentu disiarkan kelas belajar, tapi kami tidak ada radio dan televisi,” keluh VN.

Bukan hanya VN sendiri merasakan dampak pandemi bagi anaknya, tapi ratusan bahkan jutaan orang tua di kampung yang merasa hal yang sama. Sesuai laporan UNICEF menyampaikan bahwa 80 juta anak dan remaja di Indonesia menghadapi dampak sekunder yang meluas dari pandemi, yaitu terhadap pembelajaran, kesehatan, gizi, dan kebutuhan lainnya.

Tidak bisa membaca berdampak besar bagi pendidikan dan masa depan anak-anak, dan akan banyak faktor ikutan di dalamnya.

Saat ini pemerintah telah membuka kembali pembatasan-pembatasan sehingga sekolah tatapan muka pun dimulai kembali.

Untuk menolong anak-anak maka GMIT Paulus Taebone – Klasis Amanuban Timur membuka kelas belajar di gedung gereja setiap hari Jumat.

Kelas belajar bagi anak-anak PAUD sampai dengan SD Kelas 2, mereka bermain dan belajar, SD kelas 3 sampai kelas 6 dibagi dalam dua kelas yakni yang belum lancar membaca dan yang tidak bisa membaca.

Yang belum lancar membaca akan ditemani untuk latihan membaca dan tidak bisa membaca memperkenalkan kembali huruf, menggabung huruf menjadi kata dan kalimat.  Kelas SMP dan SMA membaca bersama para guru.

Yang terlibat dalam proses belajar mengajar adalah para pengajar dan jemaat yang berpendidikan SMA sederajat.

Kegiatan belajar mengajar di gedung gereja tanpa diberi beban kepada orang tua anak karena merupakan program pelayanan gereja. Segala kebutuhan ditanggung oleh gereja. (FN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *