IBADAH DALAM BENTUK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN GMIT, KLASIS AMANUBAN TIMUR

IBADAH DALAM BENTUK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN GMIT, KLASIS AMANUBAN TIMUR

Budaya orang Meto melekat-eratkan manusia laki-laki disamarkan dengan besi benas dan suni kenat dan perempuan dengan ike-suti. Dalam cara bertanya orang Meto hakekat manusia perempuan dan manusia laki-laki disamarkan dalam benda (alat kerja). Seolah-olah hakekat perempuan Meto adalah memintal benang dan menenun sementara hakekat laki-laki Meto menebas, memotong dan menembak (berkebun dan berburu) dengan demikian manusia dibiasakan dalam suatu stereotipe yang paten. Perempuan tidak berhak berkebun dan berburu karena itu membuat ketergantungan ekonomi keluarga pada laki-laki. Agar tidak terjadi ketergantungan ekonomi kepada laki-laki, maka perempuan harus diberdayakan secara ekonomi. Mengapa? Supaya ada kontribusi perempuan pada perekonomian keluarga. Hal ini menjadi kekuatan perempuan pada proses pengambilan keputusan dalam rumah tangganya, termasuk untuk berbagi peran dalam mendidik dan mengasuh anak bersama suami secara lebih adil. Maka, peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan penting dilakukan.

Salah satu program perempuan GMIT Klasis Amanuban Timur adalah pemberdayaan kaum perempuan dengan melaksanakan pelatihan pembuatan aksesoris kalung

dan anting, mie kelor dan stik kelor.

Pembuatan stik kelor

Pelatihan ini dilaksanakan setelah ibadah gabungan perempuan GMIT di Mata Jemaat Paulus Bes’ana, Jemaat Pisan (8/11).

Kegiatan tersebut mendapat dukungan dan respon positif dari ibu-ibu yang hadir dalam ibadah tersebut. Mereka mengharapkan agar kegiatan ini terus dilakukan baik di tingkat jemaat maupun Klasis, karena dengan pelatih seperti ini perempuan diberdayakan.  Apresiasi dan harapan ini juga disampaikan oleh seorang ibu yang hadir yakni Yenora Isu.

“Kegiatan ini harus terus dikembangkan baik di tingkat jemaat maupun Klasis, karena ini merupakan pemberdayaan kaum ibu. Harapan ke depan kaum ibu menjadi pelaku-pelaku ekonomi keluarga,” kata Yenora.

Hal senada disampaikan oleh salah seorang Pdt. Melda Haekase.

“Perempuan GMIT Klasis Amanuban Timur harus diberdayakan,” kata Pdt. Haekase, Ketua Majelis Jemaat Tol.

Menurutnya, bahan – bahan yang digunakan untuk pelatihan tidak susah dicari karena ada di alam kita dan kita sendiri bisa menciptakan.

Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan setelah ibadah yang dihadiri oleh perutusan dari setiap jemaat. (FN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *