JANGAN MEMBIARKAN SATUPUN YANG HILANG!

JANGAN MEMBIARKAN SATUPUN  YANG  HILANG!

“Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu diantaranya, tidak menyalahkan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai menemukannya?” Lukas 15:8.

Dalam nas tersebut perempuan ini kehilangan satu dirham. Ada dua produk uang dirham pada waktu itu, yang pertama, dirham dari mata uang Yunani adalah nilai uang logam yang senilai satu dinar (upah buruh kasar), nilai uang dirham yang sangat kecil, sebab untuk bea masuk ke Bait Allah saja upetinya dua dirham (Mat. 17:24). Dirham yang kedua adalah mata uang emas dari Persia, berat kurang lebih dari 8 gram, sebuah dirham yang sangat berharga.
Konon ceritanya dirham yang dimiliki oleh perempuan itu adalah dirham hiasan emas dari Persia.
a) Dirham perempuan itu merupakan “maskawin” dari sang suami, dirham yang   dirangkai dari sepuluh keping emas yang dilingkar di kepala, jika salah satu hilang, rangkaian dirham akan terlihat “ompong” dan menjadi hiasan yang sangat buruk.
b) Dirham sepuluh keping ini merupakan satu paket, jika salah satu hilang, belum tentu bisa ditukar dengan dirham yang lain.
Perempuan ini sangat rindu, segera menemukan dirhamnya, tanpa menunggu pagi, malam itu, ia langsung mengambil pelita menyalahkan lalu mencarinya. Sebab ia tidak menghendaki barang yang berharganya hilang, puruk, karena terputus dari lingkaran persekutuan. Ini merupakan insiatif dari seseorang pemilik, tuan, yang sangat menyayangi barang kesayangannya. Ia tidak mau kehilangan satu pun walaupun yang banyak masih ada, karena satu mempengaruhinya yang lain.

Tuhan Yesus tidak menghendaki seorangpun  hilang dari persekutuan orang peracaya sehingga Ia memberikan perumpamaan tentang domba yang hilang, anak yang hilang dan dirham yang hilang.

Satu hilang dalam persekutuan maka persekutuan akan menjadi ompong sehingga  perumpamaan itu dalam perumpamaan tersebut langsung menyalakan pelita, tidak menunggu hari esok. Mengapa? Karena rasa sayangnya kepada barang miliknya. Rasa memiliki sebab yang satu itu mempengaruhi yang lain. Dan juga barang berharga itu pemberian suaminya, orang yang dikasihinya dan mengasihinya.

 Bukan karena satu hilang tidak ada persoalan karena sembilan atau sembilan puluh sembilannya masih ada.

Hati seorang pelayan yang rasa memiliki jemaat yang ia layani ia tidak menghendaki satu pun yang hilang di antara persekutuan. Bukan menunggu kapan rapat dan memutuskan  program pastoral bagi mereka yang telah tiada dalam persekutaun. Orientasi bukan masalah untung atau rugi tapi hati yang mengasihi setiap orang yang dilayani. FN.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *