KEGIATAN SEMINAR DAN LOKAKARYA
BELAJAR DARI ‘SANG DIAKONOS AGUNG’
Jumat 24 Juni 2016, bertempat di mata jemaat Ebenhaezer Nunuh Eno, wilayah pelayanan jemaat Telukh, Badan Diakonia Klasis (BDK) Amanuban Timur mengadakan kegiatan Seminar dan Loka karya yang diikuti para diaken yang datang mewakili setiap Badan Diakonia Jemaat (BDJ) di Klasis ini, ± 12 dari 15 wilayah pelayanan yang ada, kecuali Oeleon, Oebesa dan Besnam.
Kegiatan ini merupakan perwujudan keputusan Sidang Kerja Majelis Klasis Amanuban Timur tahun pelayanan 2016 di Maunsenu pada taggal 28-29 Januari 2016, secara khusus untuk bidang pelayanan Diakonia. Tujuan diadakannya kegiatan ini, menurut Ketua BDK, Pdt. John Kadmiel Amtiran, S.Th, bahwa kegiatan ini untuk menambah pemahaman para diaken tentang tugas dan fungsinya dalam pelayanan diakonia di jemaat, selain itu juga menambah pengetahuan mengenai pemberdayaan ekonomi melalui sistem pertanian (budi daya ubi ungu).
Mengawali kegiatan, semua peserta diajak memohon tuntunan Tuhan melalui doa yang dipimpin oleh Pdt. Timotius Makunimau, S.Th. sebagai pembuka, dalam sesi arahan oleh Ketua Majelis Klasis, Pdt. Saneb Y. E. Blegur,S.Th, mengajak para diaken untuk memulai dengan membangun pemahaman yang sama dan benar tentang diaken barulah kita lanjutkan dengan rencana kerja bersama Badan Diakonia Klasis. Tuhan Yesus telah melakukan fungsi diakonia sebagai Sang Diakonos Agung. Tugas diaken penting dalam gereja dan apakah yang selama ini gereja lakukan terhadap tugas itu?
Selanjutnya dalam materi awal yang dibawakan oleh Pdt. Saneb, beliau banyak berbicara tentang apa itu diaken dan tugasnya. Materi ini diakhiri dengan games tentang diaken dan tugas yang harus dilakukannya.
Sesi kedua penyampaian materi oleh ketua BDK, memberikan panduan dan pemahaman yang benar bagi para diaken tentang apa itu Dasar Organisasi dan Strukturnya (Badan Diakonia GMIT, BDK dan BDJ) ketua BDK dalam penyampaian materi dibantu oleh Sekretaris BDK, Pdt. Timotius Makunimau, S.Th yang melanjutkan dengan sejarah pembentukan orgaisasi ini dan dasar teologisnya.
Sesi ketiga kegiatan ini dilanjutkan setelah acara penerimaan adat dan makan siang, pembicara yang diundang hadir membawakan materi adalah: Bapak Dr. Zeth Malelakh (pakar pertanian lahan kering dan ekonomi mikro) dan Bapak Drs. Ibrahim Agustinus Medah (Anggota DPD RI asal NTT sebagai pengembang budidaya ubi ungu), tiba sebelum sesi istirahat dan makan siang, kedua pembicara ini disambut dengan sukacita melalui natoni/tuturan adat sambil mengalungkan selendang khas tenunan orang Timor.
Selesai makan siang, kedua pembicara menyampaikan materi yang langsung membahas lebih dalam lagi soal pemberdayaan jemaat. Malelakh (penemu metode Z) seolah mengetahui pergumulan jemaat di sini, ia memulai dengan pentingnya mengetahui potensi yang ada (SDM, SDA, pasar dan pembiayaan). Beliau menekankan tentang bagaimana gereja memulai semua itu dengan mengorganisirnya dengan baik, dimulai dari gereja produksi, gereja transisi dan jemaat yang konsumtif; sementara untuk dapat diterima di pasar perlu ada 4K (Kualitas, Kuantitas, Kontinyu dan Kompetitif) sementara komoditi yang cocok untuk diusahakan di daerah ini adalah: Kacang-kacangan secara khusus kacang merah (brinabon), ubi-ubian dan di bidang peternakan yaitu: Kambing Otawa.
Selanjutnya Medah sambil menyesali pemerintah yang sekarang ini kurang menggenjot ekonomi masyarakat padahal itu tugasnya, ia menegaskan bahwa kondisi kita saat ini dalam keadaan kritis, kalau kita tidak selamatkan maka kita akan terjajah, tukas mantan bupati Kupang yang selama masa aktifnya selalu memacu perkembangan ekonomi jemaat melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat di bidang peternakan, pertanian dan lainnya.
Lanjutnya, sebenarnya Tuhan tidak salah menempatkan kita di Timor, secara khusus di Soe yang dingin ini tetapi sinar mataharinya penuh sehingga proses fotosintesisnya lebih panjang. Jika pemerintah tidak mau turut menggenjot ekonomi masyarakat, maka itu sekarang harus menjadi tugas gereja. Saya hadir saat ini mau membantu secara pribadi asal gereja mau untuk kerjasama ini. Secara khusus saat ini saya ingin di NTT dikembangkan ubi ungu yang kandungan antioksidannya tinggi sehingga menambah daya tahan tubuh, aman untuk dikonsumsi tidak hanya oleh manusia, tapi juga pakan ternak (dalam hal ini bagi yang mau memelihara babi).
Setelah materi selesai disampaikan, kegiatan dilanjutkan dengan langsung melakukan praktek penanaman ubi ungu di lahan jemaat Ebenhaezer Nunuh Eno dan kemudian membagikan anakan ubi ungu tersebut kepada para peserta.