KEMULIAAN KRISTUS MEMPERSATUKAN- Efesus 1:15-23

KEMULIAAN KRISTUS MEMPERSATUKAN JEMAAT

Efesus 1:15-23

PENGANTAR

Hari Kamis, 14 Mei umat Kristen merayakan peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke sorga. Peristiwa ini terjadi pada hari ke 40 sesudah Paskah dan selalu jatuh pada hari Kamis. Peristiwa ini didasarkan pada Kisah Para Rasul 1:1-3 “selama 40 hari Yesus Ia berulang-ulang menampakan diri dan berbicara kepada mereka tentang kerajaan Allah.” Kenaikan ini mempunyai makna yang penting bagi kehidupan gereja dan orang-orang percaya. Menurut Harun Hadiwijono, kenaikan Yesus ke sorga menunjukan suatu kejadian yang besar sekalipun kepergian itu mendatangkan perpisahan. Akat tetapi, kepergian itu penuh dengan keselamatan Allah. Kenaikan Yesus ke sorga adalah perpisahan antara Tuhan Yesus dengan orang-orang milikiNya, perpisahan itu bukan sesuatu yang bersifat mutlak karena terjadi pemuliaanNya. Dalam Perjanjian Lama kemulian itu terselubung tetapi dalam Perjanjian Baru kemuliaan Allah disingkapkan. Perpisahan Yesus dengan murud-murid membuat persekutuan mereka semakin kuat dan mengakibatkan perubahan hubungan antara Kristus dengan murid-muridNya.

PEMBAHASAN TEKS

Dalam perikop bacaan (1:15-23) ini kita mencatat beberapa hal:

Pertama, ungkapan syukur dan doa Paulus kepada jemaat di Efesus. Paulus berdoa kepada Allah Bapa agar jemaat dipenuhi dengan Roh Kebijaksaan agar bisa mengenal Allah secara benar dan apa yang dikerjakan oleh Allah dalam diri Yesus Kristus. Karya-karya Allah yang dimaksud adalah membangkitkan Yesus dari kematian dan pemberiaan otoritas tertinggi kepadaNya di surga.

Kedua, doa Paulus bagi jemaat agar mereka memiliki pengertian atau pengenalan tentang kemuliaan Kristus. Dalam ayat 17, Paulus berbicara mengenai sumber atau fondasi dari pengenalan akan Allah, yaitu pertama, Paulus berbicara tentang “Bapa kemuliaan,” bahasa Yunani ini diterjemahkan dalam dua versi, yaitu “Bapa yang mulia” di mana penekannya pada kata sifat dari “kemuliaan”. Namun, bila diterjemahkan dengan “Bapa kemuliaan”, maka penekannya ada pada tindakan Allah di dalam sejarah, di mana kemuliaan Allah selalu dihubungkan dengan tindakan-Nya, penyingkapan Diri-Nya. Misalnya dalam Keluaran 33:17 – 34:7 di mana Musa meminta agar melihat kemuliaan Allah (bnd. Kis. 7:2). Klyne Snodgrass, menyatakan bahwa menurut konteksnya, frasa “Bapa kemuliaan” di sini harus dipahami dalam pengertian Bapa yang menyatakan kemuliaan-Nya yakni menyingkapkan diri, karakter, dan rencana-Nya untuk diketahui melalui Kristus. Dia bukan hanya Bapa yang mulia, melainkan juga Bapa yang memiliki segala kemuliaan. Penyebutan mengenai “Bapa kemuliaan” di sini pasti merupakan bentuk ringkas dari karya Bapa yang sudah dibicarakan dalam Efesus 1:3-6 yang menginisasi keselamatan bagi umat-Nya. Kedua, Paulus berbicara mengenai Tuhan Yesus Kristus. Paulus dalam ayat ini mempresuposisikan Efesus 1:3 dst., di mana Kristus dipresentasikan sebagai Pribadi yang pro-eksistensi; dalam ayat ini, Paulus bukan berbicara mengenai relasi Kristus dengan Bapa, melainkan relasi Bapa dengan Kristus di mana melalui Kristus, Bapa menyingkapkan diri dan kehendak-Nya. Paulus berbicara mengenai Allah sebagai Pribadi yang disembah oleh jemaat. Ketiga, Paulus berbicara mengenai Roh Kudus. Dalam bahasa Yunaninya, kata yang digunakan adalah pneuma sofi yang secara literal dapat diterjemahkan dengan “roh hikmat”. Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa yakin bahwa istilah pneuma sofi dimaksudkan untuk merujuk kepada Roh Kudus? Ada enam pokok pertimbangan eksegetis yang dikemukakan Hendrikson, untuk meyakinkan kita bahwa Roh Kuduslah yang dimaksudkan di sini, yaitu: Paulus menulis mengenai “pewahyuan” dalam hubungan dengan “roh hikmat”. Kita tidak mungkin berbicara mengenai pewahyuan dalam hubungan dengan roh yang merujuk kepada kualitas diri manusia;

a. Paulus menggunakan istilah “roh hikmat” di mana menurut Yesaya 11:2 bahwa hikmat merupakan pemberian dari Roh Yahweh;

b. Dalam bagian-bagian lain, terdapat sejumlah frasa yang mirip dengan “roh hikmat” yang merujuk kepada Roh Kudus, mis. “Roh kebenaran” (Yoh. 15:26) dan “Roh adopsi” (Rm. 8:5);

c. Dalam Efesus 1:3-14, Bapa dan Anak dibicarakan bersama dengan Roh Kudus (pola triadik), maka dalam 1:17, pasti pola yang sama juga yang dimaksudkan Paulus;

d. Merupakan suatu karakteristik dalam tulisan Paulus untuk menyebut Bapa dan Anak kemudian juga Roh Kudus (mis. Rm. 8:15-17; 2Kor. 13:14; Ef. 1:3-14; 3:14-17; 4:4-6; 5:18-21); dan

e. Ketika Bapa memberikan mata hati yang terang (ay. 18), bukankah itu terjadi melalui Roh Kudus? (bnd. Yoh. 3:3, 5; Ef. 5:8; 1Yoh. 1:7).87

Pengenalan akan Allah melalui Anak, dan oleh Roh Kudus, dan berkesinambungan serta progresif. Terlebih lagi, pengenalan ini adalah hal yang paling penting dalam agenda Paulus bagi gereja. Jadi, di sini Paulus menggunakan pola triadik yaitu Bapa, Kristus, dan Roh Kudus di dalam konteks doanya. Ketiga Prbiadi tersebut akan memimpin orang-orang percaya ke dalam tiga hal, yaitu: pengenalan akan pengharapan yang ada pada panggilan mereka, pengenalan akan kekayaan dan kemuliaan dari status mereka sebagai orang-orang kudus, dan pengenalan akan kelimpahan yang agung dari Kristus bagi kita yang percaya kepada-Nya. Snodgrass, menyatakan bahwa teks ini bersifat Teosentris sekaligus Trinitarian. Dengan kata lain, Bapa, Anak, dan Roh Kudus merupakan sumber sekaligus fondasi pengenalan akan Allah yang benar!

Ketiga, kebakngkitan dan kenaikan Yesus merupakan proklamasi kemuliana Allah tentang ke-Tuhanan Yesus Kristus sebagai kepala atas segala sesuatu baik di dunia ini saja tetapi melainkan dunia yang akan datang. Wiliam Barclay mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang menguasai seluruh hidup, bahwa dalam seluruh hidup kita tidak ada yang sekuler dan sebagian lagi suci, sebagian terbuka bagiNya dan sebagian lagi tertutup melainkan bahwa setiap bagian dalam hidup kita, dunia ini, adalah dalam kekuasaannya. Semua tidak terlepas dari kekuasaan kemuliaan Allah. Bagi Paulus menurut Barclay, Yesus adalah Tuhan, Yesus bukan ia ajak berdebat atau diperdebatkan, melainkan Yesus adalah Tuhan dan raja dalam hidupnya secara mutlak

PENUTUP 

Kenaikan Kristus ke sorga mengubah hubungan Yesus dan murid-muridnya. Kini murid-muridnya datang kepada Yesus melalui doa. Paulus meminta jemaat di Efesus agar berdua terus-menerus bagi para pemberitaan Injil. Doa sangat penting bagi keberhasilan karya penyebaran pemberitaan Injil. Efektifitas dan keberhasilan pelayanan tidak tergantung semata-mata kepada kepandaian retorika dan keahliannya dalam menafsirkan Alkitab, tetapi terlebih pada dukungan umat beriman yang terus menerus berdoa untuk keberhasilan pewartaan Injil.

Kemudian, berdoa juga kepada jemaat. Pertama, berdoa supaya jemaat dikuatkan oleh Roh Kudus. Kedua, berdoa supaya Kristus sungguh-sungguh hidup atau berdiam di dalam hati mereka karena iman kepada Yesus Kristus. Ketiga, berdoa supaya jemaaf memahami kasih Kristus yang sangat kaya yang menyatuhkan semua orang percaya. Keempat, supaya umat dipenuhi dengan segala kepenuhan dan kemuliaan Allah. Kemuliaan itu dipancarkan melalui kasih dalam persekutuan sebagai orang beriman. Allah Bapa dimuliakan berkarya dalam Kristus dan gerejaNya. Paulus menunjukkan hubungan yang erat antara Kristus dan gereja. Paulus menggunakan hubungan Kristus dan umat seperti organ tubuh di mana Kristus adalah kepala dan jemaat adalah TubuhNya. Gereja ada karena Kristus. Gereja hanya memancarkan kemuliaan Allah kepada dunia jika gereja yang terus bersyukur dan berdoa dalam melaksanakan karya pemberitaan Injil. Kelima, saling mendoakan agar pesekutuan sebagai anggota tubuh Kristus terawat.

Kenaikan Yesus Kristus meproklamasikan bahwa Ia adalah Tuhan yang berkuasa, sehingga seperti kata Barclay, bahwa tidak ada yang tertutup dan terbuka bagi Allah namun semua dalam KekuasaanNya, karena itu lakukan segala sesuatu dalam takut akan Tuhan. Perayaan kenaikan Yesus bertepatan dengan bulan budaya. Budaya adalah segala daya dari budi, yakni cipta rasa dan karsa manusia yang berdosa sehingga budaya juga tercemar dengan dosa karena itu budaya harus diterangi dalam terang firman Tuhan. Budaya ditarnsformasi untuk memuliakan nama Tuhan. Amin. (FN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *