Khotbah Minggu, 16 Nopember 2014: Berdasarkan Hakim-Hakim 4:1-10

Thema: “MENGHADAPI TANTANGAN”

(oleh Pdt. Nicolas St. E. Lumba kaana, M.Si.Teol.)

Ada kata bijak, “hidup adalah perjuangan”. Kata bijak itu mungkin dapat diterjemahkan menjadi “Monik es mepu”. Saya kira, kita tidak keberatan dengan kata bijak itu. Pengalaman sehari-hari membuktikan itu. Ada istilah siklus pertanian, yaitu lingkaran alur pada tahap-tahapan bekerja, mulai dari merencanakan kebun sampai penyimpanan hasil kebun: menebas belukar, membalik tanah, membuat pagar, memagari kebun, menyiapkan bibit, menanam, membersihkan kebun, merawat tanaman, memanen hasil, menyimpan hasil, dan memanfaatkan hasil. Tahap-tahapan itu berlangsung dari satu tahap ke tahap lainnya. Bila disusun dapat menjadi sebuah tahapan yang beralur secara melingkar, setelah panen, hasil panen disimpan dan kelak dimanfaatkan juga untuk persiapan kebun baru dan pembibitannya. Dalam siklus pertanian yang demikian,…

kurang lebih, sekarang ini kita ada di musim mempersiapkan kebun. Pada musim ini, tidak ada hari tanpa keringat. Banyak terjadi kecelakaan kerja, mulai dari celaka ringan seperti tangan melepuh, luka lecet bahkan sampai konflik besar, sebagai akibat dari kesibukan bekerja yang sangat menguras tenaga. Makin habis-habisan bekerja, makin sering terjadi masalah. Menebas belukar, membalik tanah, membuat pagar keliling kebun, membuat terasering. Semua itu tidak bisa ditangani secara asal-asalan. Untuk mengerjakan semua itu dibutuhkan kondisi tubuh yang sehat dan tenaga yang prima. Dan tidak kalah penting, kebijaksanaan menghadapi tantangan. Jangan sampai terjadi, kebun ditinggalkan karena tidak mampu menghadapi tantangan. Semua itu tidak mudah, tapi harus dihadapi. Saya kira semua petani sudah selesai mempersiapkan kebun untuk ditanami. Kalau ada yang belum siap, artinya sudah terlambat, jadi kerja harus lebih keras, dan tantangannya sungguh tidak kecil. Kita doakan, semua petani dapat mempersiapkan kebun dengan baik. Sehingga pada saat hujan sudah turun dengan stabil, semuanya dapat menanam.

Orang hidup harus bekerja. Hidup dijalani dengan bekerja. Kelak, tiap-tiap orang akan dikenal dan dikenang berdasarkan hasil kerjanya. Ada kata bijak, “gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meniggalkan belang, dan orang mati meninggalkan nama”. Tentu saja nama yang dimaksud, kualitasnya ditentukan oleh hasil kerja. Nama seseorang bisa jadi dikenal dan dikenang sebagai apehet, tapi ada juga nama yang dikenal sebagai ameput. Saya yakin kita semua memilih hidup untuk bekerja, menguras tenaga, mengolah pikiran dan tidak takut terhadap tantangan. Coba saja, pulang ke rumah nanti, tanyakan kepada isi rumah, bagaimana Anda dikenal dan dikenang mereka.

Alkitab banyak menyebut nama-nama orang. Ada nama laki-laki, ada juga nama perempuan, ada orang tua, orang muda, ada anak-anak. Salah satu dari nama-nama orang yang disebut Alkitab itu adalah Debora. Dia satu-satunya hakim perempuan yang diceritakan dalam kitab Hakim-hakim, yaitu pada bagian yang kita bacakan tadi. Debora adalah seorang ibu rumah tangga. Suaminya bernama Lapidot. Dikatakan dalam perikop bacaan tadi, bahwa selain sebagai seorang ibu rumah tangga, Debora juga adalah seorang perempuan karier. Ia adalah seorang nabiah. Debora memerintah sebagai hakim atas orang Israel. Perikop kita tadi menceritakan juga menganai kebiasaan Debora dalam memimpin Israel, yakni ia biasa duduk di bawah pohon korma Debora antara Rama dan Betel di pegunungan Efraim, dan orang Israel menghadap dia untuk berhakim kepadanya. Ketika itu, orang Israel sedang dijajah oleh raja Kanaan, bernama Yabin, dengan Sisera sebagai panglima tentaranya. Sudah dua puluh tahun lamanya orang Israel ditindas dengan keras oleh raja Mesir.

Tidak semua kisah hidup Debora diuraikan dalam Alkitab. Perikop bacaan tadi menceritakan keberanian Debora menghadapi tantangan. Saya kira inilah puncak ketegangan dalam cerita Debora, yaitu ketika Barak memintanya ikut serta dalam penyerangan terhadap tentara Kanaan. Apa yang menegangkan? Saya bayangkan, lama waktu peneindasan yang sudah 20 tahun lamanya. Kemungkinan, ini bukan pengalaman pertama orang Israel menyerang musuhnya. Mereka pernah sukses tapi juga pernah gagal. Ayat 4 dari perikop tadi menggambarkan kekuatan militer Kanaan, mereka mempunyai 900 kereta besi, sebagai teknologi tempur yang siap digunakan untuk menggempur lawan. Orang Israel berseru kepada Tuhan, dan sebagai hakim, Deboralah yang harus menanggapi seruan itu. Mungkin, seperti yang bisa kita bayangkan, bahwa seorang laki-laki mutlak dibutuhkan dalam situasi itu. Memimpin sebuah pertempuran di medan perang bukanlah peran yang diharapkan dari seorang perempuan. Barak pun dipanggil untuk menjalankan tugas itu. Inilah yang dikatakan Debora kepada Barak, bahwa “Bukankah TUHAN, Allah Israel, memerintahkan demikian: Majulah, bergeraklah menuju gunung Tabor dengan membawa sepuluh ribu orang bani Naftali dan bani Zebulon bersama-sama dengan engkau, dan Aku akan menggerakkan Sisera, panglima tentara Yabin, dengan kereta-keretanya dan pasukan-pasukannya menuju engkau ke sungai Kison dan Aku akan menyerahkan dia ke dalam tanganmu.”

Ternyata, Barak tidak punya cukup keberanian menghadapi tantangan. Dengan lantang ia menjawab Debora, “Jika engkau turut maju akupun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju akupun tidak maju.” Dalam pandangan kita, mungkin ada masalah serius di sini, ketika sebagai seorang perempuan dituntut untuk turun langsung ke medan perang, turut memimpin pasukan tempur. Barak hanya akan maju berperang, jika Debora ikut serta. Apakah Mama-mama sering mengalami hal yang begini, ketika bapak-bapak enggan melakukan sesuatu sendirian. Atau anak-anak pernah mengalami hal yang begitu, orang tua sudah putus asa menghadpi sebuah masalah atau kebutuhan penting untuk pendidikan kalian. Ketika kita tidak bisa sekedar berseru, tidak sekedar meminta dan menuntut, tidak bisa sekedar memberi arahan dan semangat. Melainkan juga harus turun tangan, melakukan tugas yang biasanya dianggap hanya menjadi orang lain. Debora menunjukkan keteladanan sebagai orang yang berani menghadapi tantangan. Betapa pun besarnya tantangan itu. Betapa pun pandangan sekitar, tidak cukup mendukungnya untuk turun ke medan perang. Bahkan sebuah optimisme ditunjukkan Debora, sebuah keyakinan bahwa Ia akan menaklukan Sisera. Seperti tertulis dalam ayat 9, “Baik, aku turut! Hanya, engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan.” Debora punya keyakinan, bahwa Tuhan tidak akan tinggal diam terhadap seruan umatNYA. Tuhan akan bertindak melalui siapa pun itu. Dan kalau Debora maju, maka kemenangan akan diperoleh. Orang yang mau bekerja keras untuk sebiah harapan mulia, dialah yang akan memperoleh kehormatan.

Kita sedang mempersiapkan kebun? Sedang berjuang untuk pendidikan anak-anak, sedang berusaha menangani urusan-urusan penting yang sangat menentukan masa depan dan kebaikan? Cerita Alkitab hari ini memberi dukungan, seperti yang dikatakan dalam nats pembimbing Amsal 23:18, “Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang”. Konteks dari pernyataan Amsal ini adalah nasehat kepada anak-anak, agar tidak minder ketika menghadapi tantangan untuk apa yang diharapkan di masa depan. Arahkan perhatian kepada didikan dan arahkan telinga kepada pengetahuan. Berhati bijak, berjiwa gembira, berkata jujur, jangan iri kepada orang berdosa, tetapi takutlah akan Tuhan. Bagi yang demikian, masa depan sungguh ada, dan harapan tidak akan hilang, karena Tuhan menjaminkannya bagimu. Tuhan menjaminkan masa depan dan harapan itu bagimu.

Debora menyambut tantangan yang diperhadapkan Barak kepadanya. Ia turun ke medan perang, sebagai kesaksian mengenai keyakinannya bahwa Tuhan akan menyerahkan Sisera dan bahwa kehormatan disediakan Tuhan bagi orang yang berani menghadapi tantangan. Dua hal yang sangat penting untuk keberanian menghadapi tantangan, apa keyakinan kita dan bagaimana komitmen kita untuk bekerja? Dalam kaitan dengan kebun yang sedang dipersiapkan, berkaitan dengan pendidikan dan belajar anak-anak, dalam kaitan dengan kebutuhan-kebutuhan hidup yang makin mahal, dst. Rumuskan keyakinan terbaik untuk apa yang akan dikerjakan, dan lakukan apa saja dengan cara yang terbaik. Kemenangan dan kehormatan akan menjadi ikutan dari keyakinan dan komitmen.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *