Khotbah Minggu, 23 November 2014 Berdasarkan Efesus 1:15-23

Tema: “JEMAAT, EPENKAH?

Saya belum dapat pastikan, apakah warga jemaat di sini sudah tahu istilah “epenkah?”. Ini istilah gaul di kalangan remaja sekarang. Saya sendiri baru akrab dengan istilah ini, ketika pada bulan mei yang lalu, mengantarkan seorang ponaan saya ke Jogja untuk melanjutkan studi di Akademi Kebidanan Jogja. Nama ponaan saya itu Onna. Onna selalu mengucapkan istilah itu “epenkah”, dalam merespon apapun yang kita suruh, atau mintakan darinya. Misalnya, ketika ia disuruh mencuci pakaian, dia bilang, epenkah? Ketika dia diminta untuk menghemat uang belanja. Dia juga bilang Epenkah? Atau ketika dia diminta untuk…

serius mempersiapkan diri untuk ujian masuk, dia juga bilang, epenkah? Ulahnya itu menyebabkan saya kesal dengannya. walau begitu, saya berusaha untuk memahami perkembangan budaya remaja masa kini. Lama kelamaan, saya tahu bahwa ungkapan itu bermakna bukan sebagai protes, melainkan sebagai sebuah cara bertanya, apakah hal yang diperintahkan atau diminta darinya benar-benar penting baginya. Istilah “epenkah?” artinya, “apakah memang penting?”. Ungkapan ini merupakan model komunikasi remaja masa kini, sebagai simbol sikap kritis mereka. Dengan ungkapan itu, mereka ingin sebuah penjelasan gamblang tentang penting dan mendesaknya sesuatu. Mereka hanya akan memikirkan dan melakukan hal yang benar-benar penting dan mendesak. Ketika saya juga beberapa kali menggunakan istilah itu waktu bicara dengannya, hubungan kami lebih hidup, percakapan kami lebih lancar, dan kebersamaan kami menyenangkan. Saya berhutang jasa kepada Onna, ketika istilah itu saya pergunakan sebagai judul khotbah hari ini.

Jemaat, epenkah?”, demikian judul khotbah hari ini. Sebagaimana ilustrasi saya tentang Onna, saya berharap judul ini membuat saya akan semakin akrab dengan jemaat di sini. Di sini, saya meminjam istilah gaul remaja masa sekarang untuk menekankan penting dan mendesak kehadiran jemaat. Sebagaimana ilustrasi saya tentang Onna, wajar jika seseorang hanya ingin memikirkan dan melakukan apa yang penting dan mendesak. saya bayangkan, kalau para remaja masa kini diminta terlibat dalam pelayanan jemaat maka mereka akan menanggapi demikian, “jemaat, epenkah?”. Atau jangan-jangan, kita semua juga cenderung menanggapi panggilan berjemaat dengan ungkapan yang demikian. Jemaat, epenkah?

Perikop bacaan Alkitab barusan, Efesus 1:15-23, mengedepankah dua aspek yang penting, yang teramat penting dari jemaat. Lalu apa hal yang penting dari jemaat? Sedemikian penitngnya hal itu pada jemaat, sehingga ketika Paulus menemukan hal itu pada jemaat efesus ia lantas bersyukur, mengingat, dan mendoakan mereka? Apakah hal yang penting itu adalah jumlah warga jemaat? Apakah hal terpenting dari sebuah jemaat itu, yang menyebabkan jemaat itu disyukuri, diingat dan didoakan? Apakah itu menyangkut besar kecilnya gedung kebaktian, kolekte, fasilitas pelayanan? Semua itu sering kita pikirkan dan usahakan, karena dapat membuat kita bangga sebagai sebuah jemaat. Harus diakui bahwa bacaan hari ini tidak menyinggung hal-hal itu.

Ada dua hal yang membuat Paulus menyukuri, mengingat dan mendoakan jemaat Efesus. Kedua hal yang penting itu adalah iman dan kasih. Pada ayat 15-17 dari bacaan kita, Paulus berkata, “Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, akupun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.”

Iman dan kasih. Apakah itu? Hal pertama yang penting dari jemaat adalah iman. Paulus mengatakan iman di dalam Tuhan Yesus. Iman sering dipahami sebagai keyakinan. Berdasarkan pengajaran Alkitab dapat dikatakan bahwa Iman itu ditandai dengan hubungan yang akrab dengan Tuhan. Semakin seseorang beriman kepada Allah, maka orang tersebut semakin menyatu dengan Allah. Pikiran, tutur kata, sikap dan tindakannya, perliaku hidup, kerja dan pelayanannya, menunjukkan kesatuan dengan Allah. Itulah iman. Jemaat dikatakan beriman, ketika kehadirannya, kesaksiannya, pelayanannya, ibadah dan penataan kerumahtanggaannya menyatu dengan firman dan kehendak Allah. Jemaat yang beriman adalah jemaat yang terhubung dengan Allah. Semakin terhubung, semakin menyatu dengan karya Allah di dalam Tuhan Yesus.

Hal kedua yang terpenting dalam jemaat, di samping iman, yaitu kasih. Kalau iman menunjukkan kualitas hubungan jemaat dengan Allah. Maka kasih menujukkan kualitas hubungan dengan sesama. Paulus mengatakan, “kasihmu terhadap semua orang kudus”. Kasih adalah tindakan memberi diri, melakukan sesuatu secara paling baik, untuk seseorang yang lain. Kali ini, Paulus mengatakan bahwa sasaran kasih jemaat adalah semua orang kudus. Siapakah orang kudus itu? Orang kudus adalah orang yang dikhususkan untuk menyaksikan kehendak dan karya Allah. Otomatis, semua orang Kristen adalah orang kudus, karena orang Kristen terpanggil untuk menyatakan kehadiran Allah, memberitakan kehendak Allah dan menunjukkan kerya Allah dalam hidupnya sehari-hari. Jemaat patut mengasihi semua orang Kudus, karena hidup dan pelayanannya menghadirkan kehendak dan karya Allah yang sejati.

Iman dan kasih, itulah dua hal yang paling penting bagi jemaat. Mendengar dua hal itu pada jemaat di Efesus, Paulus selalu bersyukur, selalu ingat dan selalu berdoa bagi mereka. Mengapa demikian? Paulus terus bersyukur, terus mengingat dan terus berdoa bagi jemaat yang beriman di dalam Tuhan Yesus dan mengasihi semua orang kudus. Sebagai seorang Rasul, Paulus menyadari bahwa iman dan kasih adalah pemberian Tuhan kepada Jemaat. Kedua hal itu bukan akibat langsung dari pelayanannya. Iman di dalam Tuhan Yesus dan kasih kepada semua orang kudus adalah karunia Allah bagi jemaat. Itulah sebabnya ia bersyukur, mengingat dan berdoa. Ketika jemaat beriman di dalam Tuhan Yesus dan mengasihi semua orang kudus, Paulus bersyukur kepada Allah. Ketika jemaat beriman di dalam Tuhan Yesus dan mengasihi semua orang kudus, Paulus mengingat itu sebagai kenangan yang sangat baik. Ketika jemaat beriman di dalam Tuhan Yesus dan mengasihi semua orang kudus, Paulus berdoa sebagai tanda dukungannya bagi jemaat.

Betapa Paulus menyukuri, mengingat dan mendoakan iman dan kasih jemaat, karena dua hal itu yang diharapkan Allah melalui hidup dan pelayanan Tuhan Yesus. Kekuatan kuasa dari Tuhan Yesus ada pada dua hal itu, iman dan kasih. Alkitab menyaksikan Tuhan Yesus sebagaimana pribadi yang tetap menempatkan dirinya dalam kesatuan dengan Allah dan menunjukkan kehidupan yang penuh kasih. Tentu kita tidak lupa, bahwa ketegasan Tuhan Yesus tentang hukum yang terutama, IA katakan bahwa hukum yang pertama dan terutama dalah kasihilah Allah dan kasihilah sesama. Paulus mengatakan bahwa oleh iman dan kasih kepada Tuhan dan sesama maka Tuhan Yesus begitu diagungkan, dimuliakan, dan ditinggikan oleh Allah. Tuhan Yesus adalah pribadi dengan kualitas Iman dan kasih yang sempurna. Karena sedemikian beriman dan sedemikian mengasihi manusia tanpa kecuali, Tuhan Yesus layak menjadi kepenuhan segala sesuatu. Tuhan Allah ingin mempersatukan dunia, mendamaikan seluruh dunia, hal itu terpenuhi dengan kehadiran Tuhan Yesus yang sedemikian beriman kepada Allah dan sedemikian mengasihi manusia. Sedemikian pentingnya dua hal itu, maka Rasul Paulus menegaskan bahwa kalau Tuhan Yesus, karena iman dan kasih, telah diangat menjadi kapala jemaat, maka jemaat pun harus menyadari tentang pentingnya jemaat sebagai tubuh dari Tuhan Yesus.

Jemaat sebagai “tubuh” dari Tuhan Yesus. Gambaran jemaat sebagai “tubuh dari Tuhan Yesus”, juga menjawab pertanyaan, epenkah? Jemaat memang penting dan mendesak, karena hanya tubuh saja yang dapat mengerti dan melakukan karya keselamatan Allah di dalam Tuhan Yesus. Banyak hal dapat dilakukan oleh siapa pun, entah orang Kristen atau orang lain. Bersekolah, berkebun, menjadi PNS, menjadi pejabat, pekerja sosial, jadi pengemis, dan lainnya dapat dilakukan semua orang. Tapi melanjutkan karya keselamatan di dalam Tuhan Yesus, tidak dapat diharapkan dari orang lain, di luar jemaat.

Renungan hari ini mengajak jemaat untuk memahami penting nya peranan kita sebagai jemaat. Pentingkah itu? Jemaat itu penting sepanjang ada iman di dalam Tuhan Yesus, dan kasih kepada semua orang kudus. Jemaat itu penting dan mendesak karena hanya jemaat yang menjadi tubuh Tuhan Yesus. Begitu pula hal yang membuat jemaat hari ini menjadi penting, yakni ketika pada jemaat ada iman di dalam Tuhan Yesus, ada kasih kepada semua orang kudus, dan ketika pada kita ada aktifitas sebagai tubuh Kristus. Apakah kita sedang menjadi jemaat penting itu? Jemaat yang sedang bergiat dalam penyatuan dengan Allah, aktif mengasihi semua orang kudus dan menghadirkan semata-mata sikap hidup dan karya pelayanan Tuhan Yesus. Kiranya…!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *