KLASIS AMANUBAN TIMUR MENGADAKAN SEMINAR LITURGI KONTEKSTUAL DI BULAN BUDAYA & BAHASA
TIM STUDY & BENGKEL LITURGI KLASIS AMANUBAN TIMUR
MENYELENGGARAKAN SEMINAR STUDY LITURGI KONTEKSTUAL
Amanuban Timur,www.klasisamanubantimur.net, Di minggu ketiga bulan budaya dan bahasa Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) tepatnya pada tanggal 22 mei tahun 2017 bertempat di mata jemaat paulus Besana Klasis Amanuban Timur , Tim study & bengk el liturgy Klasis Amanuban Timur menyelenggarakan seminar dengan tema “ study Liturgi budaya local (Amanuban Timur ) guna pengembangan Liturgy Kontekstual . Penyelenggaraan kegiatan Seminar tersebut guna menjawab salah satu kebutuhan pelayanan di bidang Liturgia yang telah tertuang dalam HKUP 2015-2019 sinode GMIT kemudian dijabarkan dalam hasil Keputusan persidangan Majelis Klasis Amanuban Timur tahun 2017 dengan tujuan agar para pelayan (tim bengkel liturgy ) betul-betul mendalami (pendalaman ) terhadap makna dari suatu budaya (METO) sekaligus sebagai upaya menghindari proses pengadaan sebuah liturgy kontekstual secara formalitas dan kehilangan makna.
Mata jemaat Paulus Besana wilayah Pisan yang dipercayakan sebagai tuan dan nyonya rumah merasah gembira dan sukacita dengan penyelenggaraan kegiatan seminar tersebut apa lag i salah satu narasumber yang akan hadir di tengah-tengah mereka adalah ketua siinode GMIT. ungkapan luapan kegembiraan tersebut tandai dengan upacara penyambutan secara adat yang digelar disekitar kompleks Gedung gereja oleh majelis dari empat mata jemaat, tokoh adat serta masyarakat di desa pisan kemudian acara penerimaan secara adat kepada tiga orang nara sumber yakni: Pdt. Dr Mery L.Y Kolimon, Drs Daniel Taneo dan Pdt Samuel Pandi S.Th yang dilangsungkan didalam gedung keba ktian .
Kegiatan dilanjutkan dengan kebaktian pembukaan yang dipimpin oleh pdt . Wilyradith Maniley S.Th . Mendasari I Korintus 12 : 1-11, ketua majelis jemaat Bi Ito melalui pengalaman pribadinya mengajak peserta seminar khususnya para pelayan yang adalah peberita injil untuk tidak menyepelehkan unsure budaya dan bahasa dalam pemberitaan Firman Tuhan, karena bahasa daerah adalah bahasa kalbu bagi setiap orang yang beradat dan berbudaya. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan penyam paian suara Gembala oleh Ketua majelis sinode GMIT sekaligus membuka kegiatan seminar dengan resmi .
Puncak kegiatan seminar Study Liturgy Kontekstual baru dimulai kurang lebih pukul 11: 30 yang dimoderasi oleh Pdt. Aplonia Adolfina Salukfeto – Kou S.Th ( Ketua majelis Jemaat Haunomaten ) yang didahului dengan perkenalan dan penyampaian materi.
Dalam pemaparannnya sebagai pemateri pertama , Drs Daniel Taneo mengangkat judul “ KELUHURAN NILAI BUDAYA LOKAL DAN PENGURAIAN MAKNA BEBERAPA RITUS YANG NYARIS SIRNA DI KECAMATAN AMANUBAN TIMUR, FATUKOPA & FATUMOLO(KLASIS AMANUBAN TIMUR) “ salah satu tok oh Amanuban Timur yang kini berusia 75 tahun tersebut memaparkan beberapa ritus yang tidak asing lagi bagi masyarakat Timor dawan yakni :
- Poitan ana ( memperkenalkan bayi ) . ritus poitan Anah dilaksanakan dalam tiga babak:
- Olen adalah nyanyian syair peujaan
- Poitan anah adalah upacara membawa anak dari dalam ruma h
- Mapua adalah ramah tamah bersama melalui jamuan sirih pinang sebagai wujud sukacita dari orang tua dan keluarga kepada halayak yang hadir .
- Poi PAH ( pantauan dan doa untuk kelestarian lingkuan alam
- Kus Nono ( acara penanggalan dan penggeseran marga dalam perkawinan )
- Tonis ( ungkapan puitis dalam uab meto
Dalam penyampaiannya, Ayah dari 7 orang anak dan 18 orang cucu tersebut memberikan catatan bahwa tidak semua bahagian ritus dijadikan sebagai bahagian liturgy namun nilai –nilai yang terkandung didalamnya dapat dimananfaatkan oleh tim study liturgy dalam proses kontekstualisasi.
Materi selanjutnya merupakan tinjauan Teologis te rhadap kajian nilai budaya yang disampaikan oleh pdt. Dr Mery L.Y. Kolimon. Pada bahagian pengantar Ibu Pdt Dr Mery menandaskan lima pandangan Richard Neibur terhadap hubugan kekristenan dengan budaya yakni sikap anti terhadap budaya,sikap menyesu aikan terhadap budaya , menerima dan menyempurnakan(Kritis ) terhadap budaya , sikap dualisme terhadap budaya , dan sikap injil mengusai budaya. Sela njutnya langka –langka pengembangan liturgy kontekstual menjadi penting untuk diperhatikan serta criteria sebua h liturgy kontekstual . kurang lebiih satu jam ibu mery memaparkan materi dalam bahasa yang sangat sederhana bahkan hamper sebahagian diulaskan dalam bahasa Meto, semangat dari para peserta begitu tinggi sampai –sampai jam makan siangpun terlewati ,Kemudian pada bahagian ketiga pdt Samuel Pandi S.Th memberikan beberapa tips pembuatan liturgy kontekstual serta memotifasi para pelayan untuk terus belajar mengembangkan liturgy karna menurutnya liturgy merupakan wadah /tempat agar kita semakin berakar didalam budaya.
Antusiasme para peserta dapat ditunjukan dengan sesi Tanya jawab yang didominasi oleh perutusan tokoh jemaat dan majelis jemaat yang memberikan respon berupa pertanyaan , kritikan usul dan saran . kegiatan seminar diakhiri dengan ucapan terima kasih dari ketua majelis Klasis Amanuban Timur kepada narasumber,peserta serta tuan ruma kemudian dilanjutkan doa penutup dan foto bersama.