MENGAPA KE GALILEA?

MENGAPA KE GALILEA?

Tahun ini umat kristiani (Katolik dan Protestan) merayakan Paskah dengan tema: “Ia mendahului kamu ke Galilea; Jangan Takut!” (Matius 28:7, 10). Mengapa ke Galilea?

Dalam durasi tiga tahun pelayanan Yesus, ternyata lebih banyak melayani di wilayah Galilea. Kitab-kitab Injil memberikan ruang yang cukup luas untuk mendeskripsikan tentang pelayanan Yesus di Galilea. Kitab- kitab Injil juga mendeskripsikan tentang pengikut Yesus yang mayoritas berasal dari sana. Di mana kedua belas murid ini pun merupakan orang Galilea. Jacob van Bruggen dengan gamblang menyatakan, “Dan Dia tetap di sana selama (paling tidak) hampir dua tahun, dengan hanya mengadakan beberapa kali perjalanan ke Yerusalem untuk menghadiri hari raya di sana” (van Bruggen 2001, 185).
Mengapa Yesus meluangkan banyak waktu untuk melayani di Galilea? Bukankah secara geografis, Galilea terletak di wilayah Utara Palestina? Wilayah tersebut pada masa Salomo telah diberikan kepada Hiram, orang Tirus, ditukar dengan berbagai kayu aras, kayu sanobar, dan emas (1 Raj. 9:11). Dalam 2 Raja-raja 15:29 juga diperoleh informasi bahwa wilayah ini telah direbut oleh raja Asyur, yang bernama Tiglat-Pileser, di mana semua penduduknya telah diangkut ke Asyur. Pada zaman Perjanjian Lama, wilayah Galilea sempat menjadi salah satu dari propinsi Asyur, sehingga daerah itu menjadi bagian Samaria. Meskipun pada zaman Makabe, Galilea kembali ke genggaman Yehuda. Di mana pada tahun 40-4 SM, wilayah Galilea diberikan kepada Herodes Agung menjadi bagian dari kerajaannya. Pada waktu Herodes Agung mati, wilayah Galilea digabungkan dengan wilayah Perea menjadi wilayah yang masuk ke dalam kekuasaan Herodes Antipas (Browning 2007, 114).
Penduduk Galilea sudah bercampur- baur dengan penduduk non-Israel, sehingga tidak menutup kemungkinan berdampak pada komitmen mereka dalam menjalankan tuntutan Hukum Taurat yang tidak lagi dalam cara dan porsi yang benar. Meskipun pada saat membaca Kitab-kitab Injil, di sana menunjukkan bahwa di Galilea masih terdapat Sinagoge dan keberadaan orang Farisi dan Ahli Taurat juga masih ada di sana. Hal ini dibuktikan dengan munculnya mereka sebagai “musuh” Yesus seperti yang dijelaskan para penulis Injil.
Galilea memiliki tanah yang luas dan sebuah wilayah dengan populasi penduduk yang besar, oleh perdagangan dan peluang. Mengapa di Galilea? Pertama, misi yang diemban Yesus harus disampaikan di tengah-tengah masyarakat yang demikian agar orang mengenal Kerajaan Allah. Kedua, ketika berada di Galilea Yesus lebih aman dari ancaman karena perbedaan ideologi keagamaan dengan para pemuka agama Yahudi sebab waktu-Nya belum tiba. Sehingga kebanyakan Ia berada di Galilea untuk mengamankan diri-Nya dari niat jahat “musuh-musuh-Nya” untuk membunuhNya. Hal ini tampak jelas dalam frasa berikut: “….menyingkirlah Ia ke Galilea” (Mat. 4:12c; band. Mrk.1:14). Dalam arti, karena hendak dibunuh pada saat belum waktunya atau karena ditolak di tempat kelahiran-Nya – maka Dia memilih ke Galilea.

Pelayanan Tuhan Yesus di Galilea

Pelayanan Tuhan Yesus di Galilea diperoleh dari Alkitab khususnya kitab-kitab Injil. Pelayanan Yesus di Galilea dipaparkan dengan cara mengharmonisasikan informasi dari keempat Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). KedatanganNya di Galilea dicatat dalam Yohanes 4:43-45 dan dalam Lukas 4:14. Dalam ayat di atas juga dikisahkan bahwa ternyata orang-orang di Galilea masih mengingat segala pekerjaan yang Tuhan Yesus pernah buat di Yerusalem pada perayaan Paskah di sana. Menurut van Bruggen, perjalanan-Nya ke Galilea berlangsung pada musim dingin dan Yesus tiba di Galilea sekitar sembilan bulan setelah perayaan Paskah di Yerusalem (van Bruggen 2001, 208).
Ada beberapa pekerjaan Yesus di Galilea Pertama, di Galilea Yesus Melayani dan Menyembuhkan. Selama Tuhan Yesus melayani di wilayah Galilea dicatat beberapa kali Dia menyembuhkan. Misalnya dalam Yohanes 4:46-54 (bdk. Mat. 8:5-13; Luk. 7:1-10); Markus 1:21-28 (bdk. Luk. 4:31-37); Matius 8:14-15 (bdk. Mrk. 1:29-31; Luk. 4:38-39); Matius 8:16-17 (bdk. Mrk. 1:32-34; Luk. 4:40-41); Matius 12: 9-14 (bdk. Mrk. 3:1-6; Luk. 6:6-11). Karena penyembuhan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus selama di wilayah Galilea maka memberikan sebuah indikasi betapa pelayanan-Nya di sana sangat dinantikan dan diperlukan oleh masyarakat umum.
Dalam kitab-kitab Injil, para penulis saat mengisahkan pelayanan Tuhan Yesus di wilayah Galilea, dengan kata θεραπεύω muncul 31 kali. Masing-masing 14 kali dalam Injil Matius, 5 kali dalam Injil Markus, Lukas memunculkan kata ini sebanyak 11 kali, dan Injil Yohanes hanya 1 kali. Kata θεραπεύω dapat diartikan untuk melayani, untuk menjadi berguna serta dapat juga dipahami untuk merawat orang sakit, untuk mengobati, atau untuk menyembuhkan. Bentuk dan arti yang sama pun dijumpai dalam tradisi Yudaisme, seperti untuk melayani (Est.1:1) dan menyembuhkan.
Kedua, di Galilea Yesus Berkhotbah dan Memberitakan Injil Kerajaan Surga. Selain mengajar dan melenyapkan penyakit, Tuhan Yesus juga selama melayani di wilayah Galilea berkhotbah kepada orang-orang Galilea yaitu tentang tentang Kerajaan Surga (Allah) yang juga seringkali diidentifikasi sebagai Injil Kerajaan. Untuk menegaskan tentang aktivitas Tuhan Yesus berkhotbah kepada orang-orang Galilea.
Ketiga, di Galilea Yesus Mengajar. Dalam Bahasa Yunani, kata mengajar menggunakan kata διδάσκω. Selama pelayanan Tuhan Yesus di Galilea dalam catatan keempat Injil kanonik, kata διδάσκω muncul sebanyak 27 kali. Dalam Injil Matius, selama pelayanan Tuhan Yesus di Galilea; penulis Injil menggunakan kata ini sebanyak 8 kali untuk menunjuk kepada aktivitas mengajar Tuhan Yesus. Misalnya dalam Matius 4:23 ketika dijelaskan tentang pekerjaan Tuhan Yesus yang berkeliling seluruh wilayah Galilea untuk mengajar dan memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kata ‘mengajar’ di situ menggunakan kata διδάσκω dalam modus partisip, yakni: διδάσκων. Kemudian kata tersebut juga muncul dalam Matius 5:2 ; 5:19; Matius 7:29 dst.. selain itu mengarahkan dan menegur. Arti yang tidak jauh berbeda diberikan atau dikemukakan oleh Bauer. Baginya, kata διδάσκω dapat dipahami atau diartikan: (1) untuk memberitahukan seseorang apa yang harus dilakukan, katakan, menginstruksikan, misalnya yang terdapat dalam Matius 28:15; (2) untuk memberikan instruksi dalam suasana formal dan informal, mengajar – seperti dalam Matius 4:23. Kata ini dapat dipahami sebagai sebuah tindakan memberitahukan seseorang apa yang harus dilakukan bisa dalam bentuk formal maupun informal, melalui perkataan yang bersifat instruksional atau pun pengajaran.
Keempat, di Galilea Yesus Memanggil dan Mengutus Murid-murid. Selama pelayanan Tuhan Yesus di wilayah Galilea, banyak pekerjaan yang Dia kerjakan termasuk yang telah disebutkan di atas. Selain itu Dia lakukan yakni, memanggil dan mengutus para murid. Dia memanggil para murid dalam beberapa tahap, serta mengutus para murid juga dalam beberapa tahap. Apabila menyimak dengan teliti deskripsi dalam kitab Injil maka dijumpai bahwa Tuhan Yesus tidak hanya mengutus para murid pasca kebangkitan atau menjelang kenaikan-Nya ke Surga, akan tetapi juga selama pelayanan-Nya di bumi (khususnya selama pelayanan-Nya di wilayah Galilea). Pasca kebangkitan-Nya Ia bertemu dengan murid-murid-Nya untuk memulihkan mereka akan panggilan mula-mula.
Karena itulah Galilea menjadi tempat di mana Ia melayani, menurut van Bruggen, di sanalah rumah-Nya, saudara-saudari-Nya. Van Bruggen mengatakan bahwa ketika Ia bangkit, hati-Nya rindu kebali untuk bertemu dengan suadara-saudara-Nya di kampung halaman sehingga dikatakan “Ia mendahului kamu ke Galilea; Jangan Takut!” (Matius 28:7, 10).

Oleh karena itu kita dapat menyimpulkan beberapa hal:

1. Misi keselamatan Allah bukan hanya kepada Israel namun juga bagi bangsa-bangsa lain, dimulai dari Galilea yang multi suku, etnis, agama, bahasa dan budaya. Gereja diutus untuk memberitakan Injil damai sejahtera dalam bentuk kata dan perbuatan di tengah-tengah keragaman. Dalam keragaman ada ancaman dan peluang, namun di situlah letak spirit Paskah “jangan takut” Sang Fajar Paskah ada di tengah-tengah kita.

Kita merayakan Paskah di tahun ini dalam kesadaran bahwa tahun ini dan tahun depan kontestasi politik meningkat, polarisasi dan politik indentitas mengancam kita sebagai bangsa yang majemuk, namun kebangkitan Kristus memberi kita semangat untuk menolak kuasa-kuasa yang merusak kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Di Galilea Yesus mengingatkan kembali akan PanggilanNya kepada murid-murid mula-mula. Ia memulihkan kembali murid-murid dari kerapuhan.

Kita berada dalam ancaman resesi ekonomi global, bencana alam dan non alam, namun tidak membuat kita patah semangat. Kita bangkit karena kita percaya kepada Tuhan yang bangkit.

3. Di danau Galilea Dia bertanya tiga kali kepada Petrus, ”Simon anak Yohanes apakah engkau mengasihi Aku?” di zaman ini pertanyaan itu datang kepada gerejaNya (pelayan Tuhan). Apakah kita mengasihi Yesus lebih dari semuanya?

4. Jangan takut kembali membangun kampung halaman karena di kampung kita, tanah kita, tempat kita, ada Kristus yang telah bangkit. (FN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *