MENURUT KAMU, SIAPAKAH AKU INI?

MENURUT KAMU, SIAPAKAH AKU INI?

Pada tahun 1871 seorang komponis bernama Edward Hopper menulis syair lagu yang akrab bagi kita saat ini, “Yesus, Kau Nahkodaku”. Lagu ini ditulis pada zaman di mana orang-orang Eropa melakukan penjelajahan samudra untuk menemukan benua-benua baru bagi kebutuhan industri dan perdagangan. Pelayaran-pelayaran besar, lama dan penuh resiko harus dilakukan oleh para pelaut. Bahaya selalu siap mengancam kapal dan para awak.

 Kitab-kitab injil melukiskan Yesus sebagai yang berkuasa atas lautan (Mat. 8:26). Ia juga siap menolong orang-orang yang dihantam badai dan nyaris tengelam dan membawa mereka sampai ke pelabuhan dengan selamat. Terispirasi dengan kesaksian ini, Edward Hopper memberi intrepretasi (intrepretasi artinya mengatakan hal yang sama dengan cara yang lain) baru tetapi aktual bagi para pelaut yang hidup pada masanya.

Yesus, Kau Nahkodaku, dalam interpretasi ini Yesus dari Nazaret dihadirkan secara bermakna pada masa Edward Hopper dan orang-orang sasamannya bahkan juga untuk masa kini, yaitu bagi para nelayan, para nahkoda, para awak kapal yang hidup mereka tergantung pada laut.

Lagu Yesus Kau Nahkodaku merupakan refleksi iman, maka benar seperti yang dikatakan H. M. Hunter “Refleksi Iman tidak dapat dipisahkan dari pengalaman manusia”.

Ketika di sekitar Kaisarea Filipi, di tengah jalan Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, “kata orang, siapakah Aku ini?” jawab murid-murid-Nya, menurut kata orang Engkau adalah Yohanes Pembabtis, ada yang bilang Elia, ada juga yang bilang nabi yang akan datang. Baik itu kata orang, yang kamu dengar dari orang, tahu dari orang. Orang-orang bilang begitu karena itu yang mereka tahu, mereka dengar, merika lihat dan mungkin mereka rasakan.  Tetapi menurut kamu sendiri yang selama ini bersama-sama dengan Aku, melihat, merasakan, mengalami, melayani Aku, “siapakah Aku Ini?”.

Yesus tidak ingin supaya murid-murid-Nya tahu tentang Dia hanya dari kata orang, kata para ahli, tetapi dari pengalaman mereka sendiri yang selama ini mereka alami bersama Yesus. Jangan sampai selama ini mereka bersama-sama dengan Dia, tetapi setelah Ia kembali ke surga mereka bersaksi tentang Dia hanya menurut kata orang. Itu namanya “jauh di hati dekat di mata” bukan “jauh di mata dekat di hati”. Artinya selama ini mereka bersama Yesus, melihat apa yang Yesus buat tetapi hati mereka jauh dari Yesus sebagai Tuhan. Mereka mengikut Yesus namun hati mereka tertuju kepada hal lain. Yesus bertanya kepada murid-murid untuk mendengar langsung pengakuan mereka tentang siapakah Dia. Jawaban mereka bahwa Engkau adalah Mesia, lahir dari pengalaman mereka bersama Yesus selama ini dalam tuntunan Roh Allah.

Pertanyaan Yesus kepada murid-murid tetap hidup sampai kini dalam konteks kita. Menurut kamu (saya) siapakan Yesus dalam dunia yang majemuk? Menurut kamu siapakah Yesus ketika perut lapar karena tak ada makanan. Tidak ada uang untuk bayar uang sekolah? Menurut kamu siapakah Yesus ketika moderinisasi membuat kita hidup dalam persaingan? Menurut kamu siapakah Yesus ketika kita hidup dalam kecukupan bahkan kelimpahan? dst.

 Edward Hopper bersama para pelaut berkata, Yesus, Kau Nahkoda pada masanya. Pertanyaan Yesus terus menerus direnungkan baik secara personal maupun komunal sebagai persekutuan berjemaat. Jawabanya  bukan menurut kata para ahli atau mendengar dari orang lain!

Dalam Alkitab tidak sedikit gambaran tentang Yesus. Ada yang menyebut Roti Hidup (Yoh. 6:35), Gembala yang Baik (Yoh 10:11). Yohanes Pembaptis memperkenalkan Yesus sebagai Anak Domba Allah (Yoh. 1:29). Dan masih banyak lagi gambaran tengtang Yesus.

Masing-masing kita punya gambaran yang beraneka ragam tentang Yesus, itu bukan jatuh begitu dari atas tetapi merupakan pengalaman yang melahirkan sebuah perenungan yang serius mengenai makna Yesus Kristus bagi kita. Teruslah merenungkan pertanyaan Yesus, menurut kamu siapkah Aku ini? FN

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *