MOEN MESE DAN FEOT MESE

MOEN MESE & FEOT MESE

Pdt. Frans Nahak

Semalam saya dengan beberapa orang pipil jagung di rumah Pastori. Saya bercerita tentang “Moen Mese” dan “Feot Mese”.

Dahulu kala tinggal dua orang kakak beradik di timor. Kakak laki-laki bernama Moen Mese sedangkan adiknya perempuan bernama Feot Mese.
Mereka hidup susah tak ada makanan. kemudian menangislah kedua bersaudara ini kepada Uis Neno (Tuhan langit). Suatu hari, ketika Moen Mese tidur, dia mendengar suara. Dia disuruh bangun untuk membuat sebuah kebun. Lalu dia membuka sebuah lahan untuk berkebun. Membersihkan rumput dan memagari keliling kebun itu. Kemudian suara itu datang lagi kepada dia. Letakan sebuah batu di tengah-tengah kebun. Selesai melakukan perintah itu, suara itu berkata lagi, “bilang di adik perempuanmu mandi dan berdandan lalu suruh duduk di atas batu itu. Kamu harus berdiri di samping sambil memegang pisau dan sapa, ember dari daun lontar. Saat saudarimu duduk sambil menguraikan rambutnya engkau membunuh dia. Darahnya harus ditampung di dalam sapa. Darah itu harus ditaburkan di seluruh kebun. Tubuh saudarimu yang sudah mati harus dibiarkan saja di tempatnya. Engkau harus segera pulang ke rumah. Setelah tiga hari boleh datang melihat kebun itu.” Semua perintah itu Moen Mese lakukan dengan hati yang berat. Namun adik perempuan merelakan dirinya untuk menjadi korban.

Tiga hari kemudian Moen Mese datang ke kebunnya. Dia melihat jagung dan padi penuh di kebunnya. Dia sangat terkejut karena di setiap pohon padi dan jagung ia menemukan saudarinya yang telah mati. Dia melihat rambut saudaranya terurai keluar dari bulir-bulir jagung. Rambut itu berwarna merah muda seperti darah adiknya. Begitu juga tubuh dan gigi adiknya. Moen Mese pulang dengan gembira. Sejak saat itu ia tidak mendapat kelaparan lagi.

Cerita itulah yang membuat kita orang Timor sangat menghormati jagung dan padi sehingga kita sering bilang “Koi au Usi. Kais mutoan kau” (ya Tuhan, maafkan saya) ketika seorang petani meninggal jagung dan padi sendiri di kebun.
Yesus mengajar murid-murid untuk menghargai makanan, setelah orang banyak itu makan Ia berkata: “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang” (Yoh. 6:12).

Ba’i saya alm. Martinus Bria, saat musim panen dia bilang jagung itu ada jiwa. Bapak yang membesarkan saya dan menyekolahkan saya alm. Mesak Maubria, bilang kalau makan itu mesti benar-benar kasih bersih nasi di piring. Tidak boleh ada nasi yang jatuh di tanah nanti besar kamu susah cari makan.

Akhir dari cerita saya bilang kepada mereka, darah Yesus menyucikan dan menyuburkan tanah sehingga tahun ini kita panen.
Dalam cerita tersebut saudari perempuan bungsu yang menjadi korban, itu ada hubungan dengan pembagian kerja yakni laki-laki kerja kebun sedangkan perempuan yang harus duduk di ume kbubu untuk menurunkan jagung dan memberi makan kepada laki-laki dan seisi rumah.

Yesus adalah sulung karena Dia yang menciptakan kita. Rasul Paulus bilang “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,
karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia (1:15-16).
Injil Yohanes bilang tanpa Dia segala sesuatu tidak ada (Yoh. 1:8).

Salam sehat dari Fatukopa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *