PEDULI TERHADAP KEPENTINGAN SESAMA ANAK BANGSA
Peduli Terhadap Kepentingan Sesama Anak Bangsa
Filipi 2 : 1-11
Pandangan dasar humanisme homo homoni socius (manusia menjadi sahabat bagi sesamanya) kontra-pandangan homo homoni lupus (manusia sebagai serigala bagi sesamanya). Cara berpikir demikian adalah menempatkan kemanusiaan sebagai titik tolak. Pemikiran tentang kemanusiaan masih sangat relevan bagi kita saat ini sebagai sesama anak bangsa. Manusia bukan hanya sebagai makhluk yang“ada” (being), melainkan juga makhluk yang “menjadi” (becoming). Dalam konteks ini menekankan pada proses pemberdayaan. Manusia bebas itu “dari” dan bebas “untuk”. Manusia wajib memanusiakan manusia lain. Proses menjadi manusia adalah proyek terus-menerus dan tidak pernah usai. Menjadi manusia berarti terlibat bagi orang lain. Menjadi manusia yang utuh bukanlah menjadi superior dalam segala hal.
Pada intinya, manusia menjadi subyek yang beriman, berpengertian, berbela rasa, dan terlibat menjadi bagian dari orang lain dan kepentingan anak bangsa. Itulah manusia yang sesungguhnya yang menjadi sahabat bagi sesama.
Surat Paulus kepada jemaat di Filipi 2:1-11 mengingatkan hal tersebut yakni menjadi manusia yang peduli bagi sesama. Kota Filipi adalah salah satu kota kecil yang sangat termasyur pada waktu itu. Di kota itu memiliki tambang-tambang emas yang terkenal di mana-mana dan merupakan sumber kekayaan yang melimpah. Secara sosial ada tingkatan-tingkatan yakni masyarakat golongan atas yang terdiri dari orang-orang kaya, konglomerat, golongan menengah para prajurit, pegawai-pegawai dalam kerajaan dan golongan bawah yakni buruh dan pembantu yang bekerja untuk majikan.
Pada waktu Paulus berada di kota Filipi, ia memberitakan Injil dan jemaat Kristen mulai terbentuk. Melalui pelayanannya, TUHAN menunjukan mujizat di kota itu. Misalnya, si penjual kain ungu yang disebut Lidia (Kis. 16:12-14). Ia seorang perempuan kaya lalu mengikut Yesus. Ada seorang gadis yang gila. Ia dari golongan bawah seorang budak. Para majikan menggunakan dia untuk meramal tentang nasib seseorang. Namun ada sesuatu di dalam diri Paulus yang menarik perhatian sehingga ia mengikuti Paulus ke mana pun Paulus pergi sambil berteriak-teriak. Gadis itu disembuhkan (Kis. 16:16-18). Kemudian kepala penjara dari kelas menengah yang menerima Yesus sebagai Tuhan (Kis. 16:19-33).
Dari pengalaman Paulus di kota Filipi yakni perempuan dari Lidia dari golongan atas, gadis peramal dari golongan bawah dan kepala penjara dari golongan menengah yang menjadi pengikut Kristus, itulah bukti bahwa jemaat (gereja) tempat bagi semua orang. Pada waktu itu tidak ada tempat lain bagi orang dari semua golongan dan tingkatan hidup dapat berkumpul bersama-sama kecuali di gereja. Dalam konteks yang demikian seorang filsuf, Aritoteles, berkata bahwa ada dua golongan manusia yaitu mereka yang bijaksana dan berkebudayaan dan terpelajar serta mereka yang tidak menjadi apapun, kecuali budak, penebang pohon dan tukang angkat air.
Setiap golongan memilki garis pemisah yang cukup jelas, hanya jemaat dalam gereja yang tidak ada garis pemisah. Gereja tidak memandang rendah siapa pun dan terbuka bagi semua orang karena Allah ingin setiap orang dari setiap kelas masyarakat, suku bangsa, warna kulit mengenal Dia.
Oleh karena itu Paulus menulis nasehat ini kepada jemaat TUHAN yang ada di Filipi. Jika kita membaca pokok-pokok surat kepada jemaat di Filipi ini berbentuk nasehat dan ajakan.
Pasal 2 : 1 – 11 Paulus menasehati jemaat agar semua bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus. Bagi Paulus Kristus menjadi teladan bagi jemaat. Orang-orang yang hidup di dalam Kristus saling menasehati, menghibur dalam kasih, ada persekutuan roh kasih mesra dan belas kasihan (ayat 1). Orang-orang yang ada di dalam Kristus hidup saling peduli.
Ayat 2 – 4 menasehati agar sehati, sepikir, satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, tidak mementingkan diri sendiri tetapi kepentingan orang lain juga, tidak cari puji-pujian yang sia-sia.
Ayat 5-9 belajar dari Yesus. Walaupun Dia adalah Allah tidak mempertahankan ke-Allah-anNya dan mengambil rupa seorang hamba jadi sama dengan manusia dan merendahkan diri taat sampai mati di kayu salib.
Ayat 9-11 dengan jalan demikian maka semua orang mengakui Yesus sebagai Tuhan.
Dari penjelasan di atas maka ada beberapa pokok yang menjadi kerangka khotbah:
Pertama, sebagai umat Kristen dan juga warga negara tidak hanya sebagai manusia yang “ada” (being) yakni sekedar hidup di tengah-tengah bangsa ini. Tetapi menjadi makluk yang “menjadi” (becoming) berkat bagi sesama. Berguna bagi bangsa dan negara. Seperti Kristus yang menjadi manusia dan mengambil rupa seorang hamba.
Kedua, sebagai pengikut Kristus yang hidup di bumi Indonesia yang majemuk kepedulian kepada sesama tidak memandang latar belakang agama, suku, ras, golongan, dll. Kristus menjadi manusia bagi seluruh ciptaan.
Ketiga, sebagai pengikut Kristus mengutamakan kepentingan bersama dari kepentigan pribadi. Kristus tidak mengutamakan kepentingan-Nya tetapi mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba.
Keempat, sebagai pengikut Kristus peduli terhadap kepentingan sesama berarti berempati dengan sesama anak bangsa yang mengalami penderitaan. Dengan demikian orang melihat kehadiran Kristus dalam diri kita mempermuliakan nama TUHAN. (FN).