PENDETA BUKAN MANDOR,PENDETA ITU GEMBALA
PERHADAPAN DAN SERAHTERIMA JABATAN KETUA MAJELIS JEMAAT BESNAM
Di penghujung perayaan minggu sengsara Tuhan Yesus VII tanggal 14 April 2019 bertempat di gedung kebaktian mata jemaat Paulus Taebone Klasis Amanuban Timur berlangsung kebaktian perhadapan Pelayan dan serah terima jabatan ketua Majelis Jemaat besnam dari Majelis Klasis Amanuban Timur kepada Pdt Fransiskus seran Nahak S.Th.
Kebaktian ini dipimpin oleh Pdt. Robianto H Metkono, S.Th. dengan melandasi bacaan Kitab suci menurut Injil Matius 27: 27-31. Dalam akhir khotbahnya, Pdt. Robianto berpesan agar jadilah Pendeta ibarat Domba yang diutus ke tengah-tengah serigala bukan serigala yang diutus ke tengah-tengah domba.
Dalam sambutan perdana sebagai Ketua Majelis Jemaat Besnam yang baru, Pdt Fransiskus Seran Nahak S.Th menyampaikan beberapa hal sebagai langka awal dalam membangun pelayanan di jemaat Besnam, ia menyampaikan ungkapan Terimakasih Kepada Ketua Majelis Klasis Amanuban Timur yang merekomendasikan saya kembali ke Jemaat Besnam. Hari ini saya jadi Ketua Majelis Jemaat Besnam.
Pertama, gereja tidak mengenal kepemimpinan tunggal tapi kepemimpinan kolektif. Kemajelisan. Segala sesuatu dirapatkan bersama dan diputuskan bersama dan dilaksanakan bersama. Segala keputusan yang diambil harus berdasarkan kehendak Tuhan. Karena itu gereja terus membangun persekutuan yang akrab dengan Tuhan agar mengenal kehendak-Nya.
Kedua, pendeta bukan “maha tau”. Pendeta bukan jawaban atas segala persoalan hidup tapi pendeta menemani jemaat bergumul bersama untuk mencari kehendak Tuhan atas pergumulan jemaat. Karena dia bukan maha tau maka dia juga belajar dari jemaat untuk berefleksi bersama jemaat dalam pertumbuhan iman jemaat dan spiritualnya.
Ketiga, pendeta bukan datang kasih bangun gedung gereja karena gereja adalah kita dan unsur gereja yang paling kecil adalah keluarga. Pembangunan gedung gereja adalah akibat dari kekuatan persekutuan, teologi, daya dan dana.
Keempat, saya sadar bahwa jemaat Besnam sangat luas, ada lima mata jemaat. Pasti waktu empat tahun saya habis dalam rutinitas pelayanan. Padahal pelayanan bukan rutinitas saja tapi pemberdayaan jemaat. Mari kita sama-sama menata jemaat ini, dan Tuhan kehendaki dalam waktu dekat kita mekar.
Kelima, saya pendeta bagi semua jemaat di Besnam.
Pnt. Soleman Tameon dalam ungkapan hatinya mewakili seluruh Jemaat dan Majelis Jemaat Besnam mengatakan bahwa mereka sangat berterimakasih kepada Majelis Klasis dan Majelis Sinode yang telah memberi mereka seorang tenaga Pendeta. “Kami merasa bahagia dan senang dengan Bapak Pendeta karna dia cantik” demikian ungkap Soleman yang disambut canda-tawa seluruh jemaat. “Besnam dikenal sebagai daerah rawan tapi orang-orangnya tidak rawan”, pesan selanjutnya Bapak Soleman.
Dalam acara ini juga hadir pihak Pemerintah Desa Taebone yang diwakili oleh Bapak Yeheskiel Tla’an . Dalam sambutannya, ia menyatakan bahwa jika Bapak Pendeta telah siap bertempur maka jangan takut dan mundur. Pemerintah setempat siap bekerjasama.
Selanjutnya dalam Suara Gembala Majelis Klasis Amanuban Timur, Pdt. Saneb Yohanes Ena Blegur, S.Th memberikan beberapa catatan awal kepada pdt Frans terkait perkembangan jemaat Besnam. Pdt saneb menuturkan bahwa pasca pelayanan Almarhum pendeta I.Bj Tonael, jemaat besnam terus mengalami masa transisi, beberapa pelayan ditempatkan di jemaat besnam tetapi tidak tinggal di jemaat karena berbagai faktor , dianataranya faktor keamanan dan faktor keluarga dan lain-lain, baru ada satu pendeta yang datang dan tinggal menetap di besanam namun tidak sampai satu periode pendeta tersebut harus dimutasikan ke jemaat lain karena beberapa pertimbangan pelayanan di kalsis Amanuban Timur, selanjutnya yang menggantikan pendeta tersebut juga tidak tinggal menetap di besnam karena alasan Keluarga dan lain sebagainya, Sedangkan jemaat besnam sendiri merupakan sala satu jemaat wilayah terluas pada saat itu yakni sekitar Sembilan mata jemaat, wilayanya dari Syalom Nifukiu sampai kefas Tuafutu (sekarang sudah dua kecamatan ) .
Pdt Saneb Juga manandaskan bahwa “Pendeta itu bukan Mandor yang ketika diberi tugas oleh pemilik proyek, Ia datang pagi hari mengawasi para pekerja kemudian sore ia pulang, atau satu bulan baru datang lihat satu kali sedangkan laporan ke Bos selalu yang baik-baik. karena itu jika hari ini ada majelis harian yang masih melakukan kesalahan dalam pengelolaan pelayanan, pengelolaan administrasi ataupun keuangan maka kemungkinannya hanya ada dua alasan, pertama dia tau tapi sengaja karna tidak ada pendampingan /sudah sering dibiarkan atau yang kedua tidak tau sama sekali karena memang tidak pernah dikasih tau. Jangan berhenti bercerita dengan mereka karena orang timor itu pendengar dan penurut yang baik, dilain sisi saya juga mau minta bapak ibu Majelis Harian punya hati untuk menerima bapak Pendeta dalam menjalankan pelayanan secara bersama.
Beliau juga mengajak jemaat untuk bersyukur karna Jemaat Besnam yang telah dimekarkan dimana 2 mata jemaat (Syalom Nifukiu dan Torsina Fotbat) disatukan bersama Mata Jemaat Imanuel Nalio menjadi 1 jemaat yaitu Jemaat Moria. Dan Jemaat Besnam sekarang hanyalah 5 Mata Jemaat yaitu Paulus Taebone, Yagarsahuta Polen, Ebenhaezer Besnam, Elim Nek’ana, Silo Besnam.
Beliau juga mengajak jemaat untuk terus bergumul agar kalau bisa Jemaat Besnam dimekarkan lagi dalam beberapa waktu ke depan, agar pelayanan benar-benar tersentuh langsung kepada jemaat secara pribadi.
Vicaris Jeny