PERNIKAHAN MENURUT TRADISI YAHUDI
PERNIKAHAN MENURUT TRADISI YAHUDI
Pdt. Frans Nahak
(Catatan tentang pertunangan Yusuf dan Maria)
Sebagai hal yang terjadi di banyak kebudayaan baik di masa lalu maupun masa kini, para orang tua Ibrani mengatur pernikahan anak laki dan perempuan mereka.
Orang Yahudi di Palestina abad pertama memandang pernikahan sebagai penyatuan dua keluarga.
Berdasarkan hukum Yahudi, ini bisa berlangsung dalam beberapa waktu setelah melewati usia yang diperkenankan, yaitu umur 12 bagi anak perempuan dan umur 13 bagi anak laki-laki.
Meskipun anak belum mendapat restu dari orang tua namun hasrat pribadi mereka untuk menikah sudah diperhitungkan.
Begitu ada restu orang tua untuk melanjutkan ke perjodohan, maka orang tua dari kedua belah pihak akan membicarakan secara detail urusan dan mempersiapkan sebuah kontrak yang sah yang akan dibacakan pada upacara peminangan. Sumpah janji akan dibuat, kepingan mata uang saling dipertukarkan dan kedua keluarga akan sama-sama merayakan Peristiwa itu. Pada bagian akhir dari acar peminangan ini, si anak laki-laki dan anak perempuan akan memasuki masa pertunangan (Maria dan Yusuf Sampai tahap ini) yang bisa kurang dari satu tahun, tetapi umumnya bisa berlangsung satu tahun. Selama masa ini mereka akan menjadi suami istri dalam segala aspek namun mereka akan tinggal bersama keluarga masing-masing dan tidak melakukan hubungan seksual selayaknya suami istri.
Ada beberapa tujuan mengapa dibuat jarak demikian?
Pertama, masa ini diberi kesempatan kepada mempelai laki-laki menyiapkan rumah baru bagi mereka, yang biasanya merupakan rumah tambahan di rumah orang tuanya.
Kedua, masa ini memberikan kesempatan kepada keluarga untuk melakukan beberapa ritual penyucian untuk menunjukkan bahwa secara seksual ia masih perawan.
Ketiga, tidak seperti kebudayaan lainnya, orang Yahudi tidak menginginkan anak gadisnya meninggalkan pada suatu pagi dan tidur di tempat orang lain pada malam harinya.
Masa pertunangan ini memberikan kesempatan kedua mempelai untuk diawasi ketat oleh orang tua sebelum mereka hidup bersama.
Pada masa ini seorang perempuan tidak boleh melakukan sex dengan laki-laki lain karena nanti dihukum mati, dilempar dengan batu.
Ketika masa satu tahun selesai maka laki-laki akan datang ke rumah perempuan pada tengah malam (cerita 10 gadis) dengan rombongannya untuk pesta kawin. Di sinilah proses berumah tangga. Dalam pesta ini, kedua mempelai akan dibawa ke rumah baru dan di sana akan melaksanakan pesta selama tujuh hari tujuh malam.