PROAKTIF MENYIAPKAN JALAN UNTUK TUHAN – YESAYA 40:1-11
PROAKTIF MENYIAPKAN JALAN UNTUK TUHAN
YESAYA 40:1-11
Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu Mota Masin di Kabupaten Malaka, diresmikan oleh Jokowi, pada tanggal 9 Januari 2018. Satu bulan sebelum diresmikan, setiap hari masyarakat yang bermukim di pinggir jalan raya dihimbau untuk membersihkan pinggir-pinggir jalan. Satu minggu sebelum orang nomor satu di Indonesia itu datang, jalan yang rusak ditimbun, diaspal, diperlebar dan dihotmix, modelnya seperti jalan Eltari Kupang.
Saya membayangkan bahwa hanya karena Jokowi mau datang untuk meresmikan PLBN, maka segala fasilitas umum diperbaiki secepat mungkin, jalan rusak dihotmix hanya dalam hitungan hari. Walaupun kehadirannya sekitar 30 menit. Persiapan untuk menyambut kedatangan satu bulan sebelumnya. Setelah Jokowi pulang, semakin lama, kini pinggir-pinggir jalan tidak lagi dibersihkan, jalan sudah berlubang-lubang kembali, tidak ada yang merawat. Beberapa bangunan yang mewah tidak terawat.
Cerita ini memberi kesan bahwa kita bisa membangun tetapi tidak bisa merawat, kita bekerja, mempersiapkan diri di saat peristiwa-peristiwa tertentu. Persiapan kita adalah persiapan lahiriah, tidak dari batin yang murni sehingga tidak ada kontrol moral dalam nurani.
Cerita tersebut hanya sebagai salah satu contoh saja.
Tema renungan kita di minggu kedua Advent adalah proaktif menyiapkan jalan untuk Tuhan. Dari cerita di atas menunjukkan bahwa kita masih sangat reaktif bukan proaktif. Reaktif menurut KBBI adalah sifat cenderung, tanggap, atau segera bereaksi terhadap sesuatu yang timbul atau muncul, jadi ada sesuatu yang timbul baru ditanggapi. Hal itu terlihat ketika Jokowi hendak datang meresmikan PLBN, baru kita segera menyiapkan segala sesuatu.
Sedangkan proaktif adalah tindakan yang lebih aktif.
Kata proaktif berarti lebih daripada sekedar mengambil inisiatif. Lawan kata dari tindakan reaktif. Arti kata proaktif ini sering digunakan di dalam konteks pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari. Proaktif adalah mengambil inisiatif dan bertanggung jawab, bukan hanya karena kondisi suasana hati atau lingkungan sekitar. Aktif dalam keseharian hidup. Seorang pribadi yang proaktif akan menciptakan perubahan positif dalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan untuk mendapatkan suatu tujuan tertentu. Jika masyarakat dan Pemda proaktif maka kerja menyiapkan dan memperbaiki segala sesuatu bukan karena kedatangan Jokowi, tetapi kerja karena tugas dan tanggung jawabnya yang harus dikerjakan.
Bacaan kita saat merupakan berita penghiburan dan kabar kelepasan bagi orang Israel dalam pembuangan. Allah tidak akan selamanya menghukum umat-Nya melalui perhambaan dan penindasan. Masa hukuman akan berakhir, kesalahan umat telah diampuni, keselamatan dan berkat akan tiba. (ay. 1-2).
Namun sebelum kelepasan itu tiba ada yang mendahuluinya. Nabi Yesaya tidak menyebut nama orang yang mendahului Tuhan. Kitab-kitab Injil mengutip ayat ini, menurut terjemahan Yunani menunjukkan kepada Yohanes Pembaptis yang memberitahukan kedatangan Mesias yang sudah dekat (Mat. 3:3; Mar. 1:2-3 ; Luk. 3:4-6 ; Yoh. 1:20-23). Yohanes mendahului Sang Mesias, menyerukan kepada umat untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan (ay. 3-5).
Pada masyarakat kuno dalam PL, rakyat mempersiapkan jalan untuk menyambut kemenangan raja dalam peperangan. Jalan raya yang rata dan lurus untuk pawai kemenangan. Oleh karena itu, setiap jalan yang bengkok diluruskan, setiap lembah harus ditutup, gunung dan bukit harus diratakan, dst….
Namun jalan yang dimaksud dalam bacaan ini adalah jalan yang akan ditempuh umat yang dipimpin oleh Tuhan melalui padang gurun kembali ke ke Israel. Bangsa Israel menyambut kedatangan Tuhan yang akan melepaskan mereka seperti orang yang menyiapkan jalan untuk raja yang pulang dari peperangan membawa kemenangan. Ada penafsir yang mengatakan bahwa ini semacam suatu “keluaran baru”.
Ayat 6-8 berbicara tentang kefanaan semua ciptaan. Bangsa-bangsa (termasuk Israel) dengan segala kejayaannya dari segi kemiliteran, ekonomi dan politik akan runtuh, fana, namun hanya firman Allah yang akan tetap untuk selama-lamanya.
Gambaran rumput-rumput dan bunga-bunga yang biasa tumbuh di mana-mana untuk menunjukkan kontras antara kekekalan dan kestabilan firman Allah yang kekal, dengan sifat rumput liar yang cepat berlalu dan bunga-bunga yang layu. Sebuah pesan kuat bahwa kepada orang Israel agar jangan mengandalkan kekuatan manusia tetapi mengandalkan Tuhan (bdk; Yes. 36)
Ayat 9-11 seruan kepada gunung Sion kota benteng dan Yerusalem tempat ibadah yang ditinggal sunyi sepi, direndahkan, kini bangkit dan bersaksi tentang kedatangan kembali Tuhan yang memimpin umat-Nya. Kini Sion dan Yerusalem seperti anak panah yang menunjuk kepada Tuhan yang datang.
Dia datang dengan kuasa dan kekuasaan bagaikan pemimpin yang perkasa, namun kehadiran-Nya adalah bagaikan gembala penuh perhatian yang menggembalakan domba-dombanya. Tugas shepherd (gembala) adalah pengabdian diri dan pengorbanan. Pemimpin gembala adalah pemimpin yang menemu-kenali setiap domba, membela dan menjaganya dari serangan predator dan rela berkorban. Gembala yang fokus pada tanggung- jawabnya, mengorbankan kepentingannya demi untuk kepentingan umat.
Renungan:
Pertama, Advent yang berarti kedatangan atau pendekatan. Jadi ada seseorang atau sesuatu yang sedang datang atau sedang mendekat. Maka ada pihak yang memberi perhatian dan menanti datangnya orang atau sesuatu itu sehingga ia tahu bahwa seseorang itu sedang datang dan sudah dekat.
Dalam pemahaman seperti ini, adventus memiliki dua sisi, yaitu Kedatangan dan Penantian. Dalam tradisi terutama Protestantis, kita memiliki tiga macam Advent, yakni: pertama, Adventus Christi in carne. Adventus ini menunjuk pada kedatangan Yesus Kristus dalam carne, yaitu daging sebagai manusia. Adventus ini menunjuk kepada status kerendahan-Nya. Untuk Adventus ini, jari kita menunjuk ke belakang pada peristiwa di Bethlehem. Karena itu Advent ini membawa kita kepada perayaan Natal. Terhadap adven ini kita reaktif karena persiapan untuk menanggapi momentum hari raya Natal. Kedua, Adventus chiristi in gratia. Kedatangan Yesus Kristus di dalam anugerah-Nya. Kehadiran Yesus Kristus dalam rahmat-Nya, yang senantiasa menyertai gereja-Nya sebagai “tubuh-Nya” sampai ke akhir zaman, yaitu pada kedatangan-Nya yang kedua kelak. Ia sendiri yang berjanji untuk senantiasa menyertai orang percaya. Ia sendiri berkata bahwa “sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat. 18:20) dan “ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat.28:20). Melalui pemberitaan Firman dan pelayanan sakramen, Yesus Kristus datang dalam rahmat-Nya. Untuk Adventus ini menunjuk pada rahmat dan anugerah-Nya yang memerintah kita, yaitu di hati kita setiap hari. Adven ini jari kita menunjuk ke dalam hati kita. Maka sikap kita proaktif, karena Dia ada di tengah-tengah kita setiap hari. Ketiga, Adventus Christi in Gloria. Kedatangan Kristus dalam segala kemuliaan-Nya yang gilang gemilang, pada akhir zaman. Bagi orang percaya, Adventus Christi in Gloria bersifat personal dalam arti bahwa kita akan bertemu “muka dengan muka” dengan-Nya tanpa takut apa pun (I Kor. 13:12). Kedatangan yang penuh dengan sukacita yang nyata serta merupakan berkat dan karunia yang sempurna di mana Allah memuliakan kita dalam kesempurnaan-Nya. Ia akan menghakimi orang hidup dan mati, akan sangat menakutkan dan mengerikan bagi mereka yang tidak percaya. Untuk Adventus ini jari kita menunjuk kepada kedatangan Tuhan yang kedua kali, Jari kita menunjuk ke depan. Advent ini kita proaktif menyiapkan diri karena tidak tahu kapan Ia datang kembali.
Kedua, di minggu-minggu Advent ini, kita menenangkan diri kita untuk berefleksi: apakah selama ini kita proaktif dalam pelayanan sebagai pendeta, penatua, diaken dan pengajar atau kita reaktif? Apakah kita proaktif dalam tanggung jawab sebagai ayah, ibu, anak; dalam profesi kita sebagai guru/dosen, tenaga medis, mahasiswa, PNS, swasta, TNI, Polri, dll. Atau kita reaktif dalam tugas dan tanggung jawab kita? Jika kita reaktif, maka di Minggu – Minggu Advent kita berdoa memohon pengampunan-Nya dan berkomitmen menjadi orang proaktif menyiapkan jalan bagi Tuhan.
Ketiga, sebagai pihak yang menanti kedatangan-Nya, mari mempersiapkan hati kita. Yang bengkok diluruskan, yang berbukit dan bergunung; kesombongan dan keangkuhan dihilangkan. Kita memiliki kerendahan hati untuk saling menerima dan memaafkan, bukan hanya pada saat momen-momen tertentu, Advent Natal dan Tahun Baru kita berdamai, tetapi setelah itu kita kembali menunjukkan keangkuhan kita. Kembali hidup dalam penindasan bahkan menjadi penindas.
Keempat, jika kita proaktif maka kedatangan Tuhan tidak membuat kita panik, takut , tetapi kita menyambut dengan merayakan kedatangan dengan gembira. Kapan saja Tuhan datang, sekarang, besok, lusa, kita sudah siap sedia untuk menyambut kedatangan-Nya.
Kelima, perayaan Advent menunjuk kepada Tuhan, pusat ibadah kita, bukan menunjuk kepada megah dan mewahnya pohon Natal, hiasan gedung gereja dan kain gorden, bukan baju Natal dan kue Natal. Maka persiapan kita adalah persiapan hati dan hidup untuk menyambut kedatangan-Nya.
Keenam, refleksi Advent adalah kesadaran akan ketidakmampuan dan kefanaan kita sebagai ciptaan. Karena itulah Tuhan mau menjadi manusia di dalam diri Yesus untuk mengangkat dan memberi kebebasan kepada manusia. Dalam konteks ini bersyukur dan bergembira menyambut kedatangan-Nya serta mengandalkan Tuhan dalam hidup kita.
Ketujuh, Dia adalah Tuhan yang berkuasa namun kuasa itu untuk menggembalakan umat-Nya. Ia membela dan menjaga kita dan rela berkorban bagi kita (baca: Maz. 23). Amin. FN.