SPIRITUALITAS PEMUDA
SPIRITUALITAS PEMUDA
Kata orang, ada tiga generasi: pertama, orang dewasa adalah tiang gereja dan bangsa masa kini. Kedua, pemuda adalah tiang gereja dan bangsa hari esok. Ketiga, anak adalah tiang gereja dan bangsa hari lusa. Kaum muda-mudi merupakan suatu masalah yang sukar dan sekaligus juga penting bagi gereja dan bangsa. Di mana-mana kaum muda-mudi bergerak dan bertindak, suka berbaris dan bersaksi. Mereka menggemari perarakan dan upacara, ingin berorganisasi serta mengikuti pemimpin-pemimpin yang dikagumi. Kaum muda-mudi bersifat dinamis, dan mau berjuang untuk mewujudkan cita-citanya. Mereka sangat emosional. Mereka tidak puas dengan ketidak adilan. Idealisme mereka tak ada batasnya. Tidak mengherankan jika terkadang pemimpin-pemimpin pelbagai gerakan politik atau sosial selalu menggerahkan pemuda dan pemudi turut berjuang bagi cita-cita dan program mereka. Kaum muda-mudi cepat terpengruh oleh zaman dan masyarakat umum tempat di mana hidup dan bertumbuh. Ada pengaruh yang positif tetapi juga ada pengaruh yang negatif. Di situlah letak masalah yang sukar dan sekaligus penting. Memiliki semangat yang sama seperti telah digambarkan di atas. Pertanyaan kita ialah: Bagaimana semangat itu lahir spritualitas Kristen yang baik, yang walapun pengaruh zaman dan lingkungan yang negatif, tetapi tidak terpengauruh melaikan mempengaruhui?
Maka menurut pendapat saya, pembentukan spiritualitas menjadi jawabannya. Spiritualitas berhubungan denga kuasa ilahi yang menggerahkan atau mengarahkan seseorang untuk melakukan hal-hal yang positif. Spiritualitas Kristen mengarahkan pengikut Kristus untuk hidup lahir dan batin di hadapan Allah dan terarah kepada damai sejahtera di tengah-tengah pergumulan dunia ini. Roh Kuduslah yang merupakan daya, kuasa yang mengarahkan. Roh, daya atau kuasa dalam bahasa Latin spiritus, istilah ini juga mengadung pengertian “sikap batin”. Maka dalam pengertian ini spiritualitas adalah daya atau dorongan kuasa yang memberikan semangat, memotifasi dan mengarahkan manusia untuk melakukan sesuatu menurut cara-cara tertentu. Spiritual itu sesuatu yang dinamis tidak statis. Intlektul dan emosional seseorang hanya dikendalikan oleh spiritualitas seseorang. Jadi sebagai pemuda dan pemudi Kristen semangat, emosi, bergerak, bertindak berbaris dan bersaksi, dll, harus di dorong oleh spiritualitas agar tidak terpengaruh melainkan mempengaruhi.
Untuk itu berilah hidup ini harus dipimpin oleh Roh Kudus. Orang yang hidup dipimpin oleh Roh Kudus tidak tepengaruh oleh kenikmatan dunia. Kita pinjam perkataan rasul Paulus: “Maksudnya ialah: hidup oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging” (Gal. 5:16).
Kitab-kitab Injil menceritakan bahwa Yesus sebelum memulai pekerjaan-Nya Roh Kudus turun ke atas-Nya saat dibaptis oleh Yohanes pembaptis di sungai Yordan, selanjutnya Ia dituntun oleh Roh Kudus. Maka Ada kesadaran mendasar dalam diri Tuhan Yesus. Ia mengarahkan diri-Nya kepada pekerjaan-Nya, Ia mengesampingkan segala hal yang lain. Ia fokus dan tidak terpengaruh walaupun ada cobaan/tantangan dari iblis (Mat. 4:1-11; Luk. 4:1-13), dari manusia, yaitu murid-murid-Nya sendiri (Mat. 16:16-17,22-23). Dari orang luar ahli-ahli Taurat, arang Farisi dan Saduki. Itulah ciri orang yang hidup dipimpin oleh Roh Kudus.
Spiritual tidak hanya menyangkut perkataan atau kebiasaan, misalnya rajin ke gereja tetapi menyagkut seluruh arah hidup tercermin dalam pikiran dan perkataan dan tindakan. Spiritualitas itu sikap batin yang mengarahkan seluruh hidup kita. Spiritualitas merupakan pengarah kepribadiaan kita. Ada spiritualitas yang kacau, ada yang kekanak-kanakkan, tetapi juga ada spiritualitas yang sudah terbentuk dan dewasa. Spiritulitas itu menjadi nyata dalam cita-cita, mengendalikan emosi, pergaulannya di lingkungan, cara berpikir, dll.
Pembinaan atau pembentukan spiritualitas (spiritual formation) merupakan unsur penting bagi pemuda-pemudi. Banyak faktor yang membentuk spiritual seseorang, namun menurut saya ada dua unsur penting bahkan tiga.
Pertama, berdoa, membangun relasi yang akrab dengan Tuhan. Ada waktu-waktu khusus untuk bersaat teduh dengan Tuhan. Jadikan Tuhan sahabat, bercerita kepada sahabat kita. Kita mencontohi Tuhan Yesus. Kitab-kitab Injil mencatat bahwa ada saat-saat di mana Ia harus menyendiri untuk berdoa kepada Bapa-Nya. Dalam hidup dan dan pekerjaan-Nya doa menempati tempat yang penting. Sebagai Anak Allah, Ia menanyakan kehendak Bapa-Nya. Hal ini menunjukan bahwa Ia bergatung kepada Allah sebagai Bapa-Nya, sehingga pelayanan-Nya terarah dan selalu dituntun oleh Roh Allah. Berdoa berarti mempercayakan hidup kepada Allah untuk diarahkan, dipimpin dan dituntun untuk bertindak. Hati dan emosi kita terarah. Namun perlu kita ingat bahwa doa itu bukan hanya sekedar kata-kata, tetapi doa adalah sikap hati, sikap hidup. Ada orang yang mengatakan berdoa itu harus omong apa dan bagaimana. Salah! Kita bisa berdoa dengan diam, bukan hanya dengan mulut tetapi dengan hati. Oleh karena itu, jangan hanya mengucapkan doa! Jangan hanya membaca doa! Jangan hanya menghafal doa! Jangan hanya mendengarkan doa, tetapi jadilah doa. Dalam bahasa Inggris: don`t pray! Be a pray!. Jadikan seluruh hidup kita itu sebuah doa. Artinya, di mana pun, kapan pun dan dalam kedaan apapun kita memelihar komonikasi dengan Allah.
Berdoa yang tekun, yang sungguh, akan merubah diri kita. Kita akan diubah menjadi lebih hidup, lebih dinamis, lebih kuat, lebih tahan dan lebih ulet. Doa memampukan kita untuk mengubah hal-hal yang dapat kita ubah dan kita mampu mempengaruhi bukan dipengaruhi. Doa adalah unsur paling utama dalam pembentukan spiritualitas kita.
Kedua, tekun membaca Alkitab. Berdoa berarti kita menyampaikan isi hati kepada sahabat kita. Membaca Alkitab berarti mendengarkan isi hati sahabat kita. Alkitab berisi firman Tuhan, oleh karena itu dalam spiritualitas Kristen sangat diutamakan adanya kontak “teratur” dengan Alkitab. Ada upaya untuk membaca Alkitab. Entalah itu pada malam hari atau pagi hari maupun siang hari. Ada waktu khusus yang disediakan untuk duduk dan membaca Alkitab. Membaca Alkitab bukan hanya saat ada kebaktian di gereja. Tujuan kita membaca Alkitab ialah agar kita mengenal Allah dan anak-Nya Yesus Kristus dan memperlihatkan cara hidup yang mempermuliakan Allah. Kemudian firman Allah itu dinyatakan dalam dunia yang kongkrit.
Maka dapat kita simpulkan bahwa spiritual Kristen terbentuk jika kita menjadikan Allah sebagai sahabat. Melalui berdoa dan membaca Alkitab yang tekun. Kita tahu lagu sekolah minggu “baca Alkitab doa tiap hari kalau mau tumbuh”. Kita bergaul dengan Allah, menjadikan Dia sahabat. Dalam persahabatan itu kita saling mendengar. Makin banyak hal yang kita Alami bersama Tuhan. Persahabatan adalah sesuatu yang kita nikmati, bukan kita teliti. Demikian juga dengan Allah. Kita mengadakan waktu beribadah setiap hari untuk menghasilkan perubahan, penyegaran rohani, pertumbuhan kasih, penyusuaian hati dan pikiran dengan Allah dan menikmati kehadiran-Nya.
Spiritualitas Kristen yang terbentuk itu menghasilkan buah, yaitu buah etis moral. Kata Yesus…….. pergi menghasilkan buah………… buah di sini adalah pertobatan dalam Galatia 5:22-23, dan menjadi berkat bagi sesama atau hidup bermanfaat bagi sesama dan lingkungan atas dasar kasih. Pemuda-pemudi yang memiliki spiritualitas yang baik ialah selalu berbuah di mana pun ia berada, bukan buah yang rasanya asam, atau buah yang kelihatan dari luar baik tetapi di dalamnya berulat. Melainkan buah yang manis, yang baik itu keluar dari dalam hati.
Selain dari pada dua unsur di atas, ada unsur lain yang turut membentuk spiritual seseorang, yaitu tokoh-tokoh Kristen yang dipakai oleh Tuhan menjadi inspiratif, baik itu di dalam keluarga, lingkungan dan gereja. Tokoh yang memiliki keistimewaan atau keunikan khusus. Misalnya keistimewaan dalam kemampuan, kebijaksanaan dan penampilan. Dari tokoh inspiratif tersebut kita bisa belajar tentang hikmat, kebijaksanaan, intlektual dan kepribadian seperti rendah hati. Untuk itu, pergaulan menjadi sangat penting. Dengan siapakah kita bergaul? Itulah turut membentuk spiritualitas kita.