SYUKURAN MEMBAWA ANAK KE GEREJA SETELAH EMPAT PULUH HARI -PDT. DELYANA N-LEO
DISERAHKAN KEPADA TUHAN
Lukas 2:22-40
Membawa anak ke gereja setelah anak berusia 40 hari sejak kelahirannya adalah suatu kebiasaan yang dilakukan turun-temurun oleh jemaat-jemaat di pedalaman pulau Timor. Di kota sudah terjadi perubahan, yakni anak tidak harus berusia 40 hari untuk dibawa ke gereja, bahkan ketika anak dibawa ke gereja pun tidak diadakan syukuran khusus, sebab setelah melahirkan biasanya keluarga tersebut sudah mengadakan syukuran atas kelahiran anak tersebut. Walau ada perbedaan tentang waktu dan syukuran saat membawa anak ke gereja, namun yang perlu mendapat pehatian kita dalam peristiwa ini adalah makna membawa anak ke gereja.
Sebelum ada Bait Allah, anak dibawa ke Kemah Pertemuan dan ini merupakan perintah Tuhan kepada orang Isarel (Imamat 12:1-8). Karena itu Yusuf dan Maria sebagai orang tua pun membawa Yesus ke Bait Allah sesuai dengan peraturan dalam Hukum Taurat. Pada hari Yesus dibawa ke Bait Allah ada 2 orang saleh (Simeon dan Hana) yang kepada mereka Allah sudah nyatakan bahwa mereka akan melihat Mesias sebelum mereka meninggal dunia. Kedua orang itu akhirnya bertemu dengan Yesus dan mereka sangat bersyukur bisa melihat apa yang dijanjikan Allah. Setelah semua proses yang berkaitan dengan persembahan korban selesai dilakukan, maka Yusuf dan Maria membawa Yesus kembali ke kediaman mereka. Selanjutnya Yesus hidup dan bertumbuh dalam asuhan dan didikan mereka..
Sebenarnya apa tujuan membawa Yesus ke Bait Allah? Pertama, adalah untuk diserahkan kepada Tuhan (ayat 22). Kedua, adalah bentuk syukur kepada Allah dengan mempersembahkan korban (ayat 24). Ketiga, adalah diperkenalkan kepada persekutuan berjemaat (ayat 25-38). Kisah Yesus dibawa ke Bait Allah ini sebenarnya punya makna yang sama dengan kebiasaan kita membawa anak ke gereja. Jadi tujuan kita membawa anak ke gereja adalah untuk menyatakan syukur kepada Allah yang telah mengaruniakan anak dalam keluarga, menyerahkan anak kepada Tuhan dan memperkenalkan anak kepada persekutuan berjemaat.
Setelah anak diserahkan kepada Tuhan di gereja, selanjutnya tugas orang tua adalah membiasakan anak agar hidup dan bertumbuh dalam persekutuan berjemaat. Sebab dari persekutuan berjemaat itulah anak dapat belajar untuk mengenal Allah dan bertumbuh secara rohani serta memiliki karakter yang baik. Biasakan anak-anak disertakan dalam ibadah-ibadah atau kegiatan rohani lainnya. Sekalipun masih kecil, jika mereka selalu disertakan, maka mereka akan terbiasa dan akan bertumbuh dalam cinta kepada Tuhan dan persekutuan berjemaat. Yesus juga dibiasakan oleh orang tuanya untuk selalu ada dalam persekutuan berjemaat. Meski sangat sedikit kisah masa kecil Yesus yang tertulis dalam Alkitab, namun kita bisa mengetahui melalui kisah Yesus saat berumur 12 tahun Ia pergi bersama orang tuanya untuk merayakan Paskah di Bait Allah. Pada hari-hari raya Yahudi, semua umat Yahudi akan berkumpul dan merayakannya di Bait Allah di Yerusalem, sedangkan untuk ibadah selain hari raya mereka lakukan di Sinagoge (tempat ibadah agama Yahudi). Dengan demikian kita dapat pastikan bahwa orang tua Yesus selalu mengajakNya ke Sinagoge, sehingga ketika Yesus sudah cukup kuat untuk berjalan ke Yerusalem, maka Ia dibawa untuk merayakan Paskah di sana.
Hal yang menjadi pergumulan kita adalah kebanyakan orang tua setelah membawa anak ke gereja, mereka menunggu saat anak itu dibaptis baru dibawa lagi ke gereja. Mengapa demikian? Alasan pertama adalah jika setiap hari minggu anak dibawa ke gereja, maka takut anak menangis di gereja. Demikian juga dengan ibadah-ibadah rayon. Namun, jika ada pesta, seharian penuh anak dibawa ke tempat pesta tidak ada rasa kuatir tentang anak akan menaggis di sana. Inilah yang perlu kita ubah dari pola pikir kita. Kita lebih membiasakan anak ikut pesta dari pada anak hidup dalam persekutuan berjemaat. Alasan kedua adalah ketika hari minggu orang tua membawa anak ke gereja dan anak itu menangis dalam gereja, maka semua mata dalam gereja akan memandang ke arah anak tersebut sambil memelototkan mata. Ini juga bisa disebut sebagai salah satu bentuk kekerasan yang dilakukan oleh jemaat sehingga para orang tua kemudian memutuskan untuk tidak lagi membawa anaknya ke gereja. Seharusnya, meskipun anak menangis dalam gereja, kita tidak perlu memandang ke orang tuanya sambil memelototkan mata, sebab orang tuanya juga tahu bahwa jika anaknya menangis, pasti ia harus menenangkannya.
Mari kita biasakan bersikap ramah terhadap anak-anak saat di gereja, sebab mereka juga bagian dari persekutuan berjemaat. Jika dalam persekutuan berjemaat tidak menyambut anak-anak dengan ramah, maka mereka akan menjauhkan diri dari persekutuan berjemaat dan mencari tempat lain yang dapat menyambut mereka dengan lebih ramah. Misalnya, anak-anak kemudian lebih senang bermain saja di rumah pada hari minggu, atau berkumpul dengan teman-teman dan menonton film kartun pada hari minggu. Kita semua punya tanggungjawab untuk membiasakan anak-anak kita bertumbuh dalam persekutuan berjemaat. Amin.