PERSIDANGAN MAJELIS KLASIS AMANUBAN TIMUR VI

BEKERJALAH, UPAHMU TELAH DISIAPKAN!

dscn6371www.klasisamanubantimur.net. Telukh, 06 Desember 2016, kurang lebih sekitar 60-an orang presbiter dari seluruh wilayah pelayanan Klasis Amanuban Timur hari ini berkumpul di gedung kebaktian jemaat Imanuel Telukh dalam suasana sukacita, betapa tidak, setelah melewati pergumulan pelayanan selama satu tahun layan (2016), kini dipertemukan untuk saling berbagi dan melengkapi melalui persidangan Majelis Klasis Amanuban Timur VI demi meraih tujuan layan yang lebih baik di tahun layan yang akan datang (2017) dengan tetap memuliakan Tuhan Yesus pemilik dan kepala pelayanan sambil terus menjadi berkat melalui pergumulan pelayanan-Nya yang tentunya tidak terlepas juga dari pergumulan bangsa dan negara guna menghasilkan suatu bentuk program pelayanan yang berhasil guna dan tepat guna.

dscn6395Mereka itu antara lain Majelis Klasis Harian Amanuban Timur sebagai pemanggil sidang tersebut. Datang dari 16 jemaat, 3 orang presbiter non pendeta ditambah dengan Ketua Majelis-nya masing-masing. Hadir pada kesempatan tersebut Majelis Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (MS GMIT) yang diwakili oleh Badan Pengembangan Aset dan Pemberdayaan Ekonomi (BPAPE), Pdt. Yaksih Nuban Timo, M.Th selaku ketua badan dan sekretaris badan: Pdt. Soleman Abraham Uli Loni, S.Th dan Pnt. Odi Siki, yang diundang secara khusus untuk membawakan materi penjelasan tema dan sub tema pelayanan GMIT 2017.

img_7246Kegiatan persidangan ini dimulai dengan kebaktian pembukaan yang dipimpin oleh Pdt. Yanse Neti Benu, S.Th yang mendasarkan khotbahnya pada Matius 20:1-16, dengan tema: BEKERJALAH! UPAHMU TELAH DISIAPKAN. Pdt. Neti dalam khotbahnya menekankan 2 hal penting yang menjadi pesan utama: 1). Seorang pekerja bekerja untuk sang tuan dan bukan untuk dirinya sendiri, karena itu tugas dari setiap pekerja adalah bekerja bagi sang tuan, membuat sesuatu bagi sang tuan yang menyenangkannya. Kita semua dipanggil dan diberi kepercayaan untuk bekerja di ladang, kita bukan pemilik ladang. Ketika hal ini disadari dengan baik, maka itu akan menyenangkan sang tuan. Marilah kita memberi yang terbaik bagi-Nya. 2). Upah dari setiap pekerja diatur oleh sang tuan; mau tidak mau, mau masuk duluan atau kemudian, upah kita tetap ditentukan oleh sang tuan. Terkadang kita berpikir dan berlaku seperti pekerja terdahulu yang suka melihat pada pekerja-pekerja yang kemudian. Kita hari ini di sini bukan untuk seperti itu. Mari kita berikan yang terbaik untuk sang tuan karena upahmu telah disiapkan. Selamat bersidang. Tutup pdt. Neti mengakhiri khotbahnya.

Persidangan yang berlangsung berturut-turut selama 3 hari sejak hari ini (red, 6 hingga 8 Desember 2016 ini merupakan amanat tata gereja, guna terus mengevaluasi diri demi menjawab kebutuhan pelayanan yang lebih baik ke depan, demikian secara terimplisit tersampaikan melalui suara gembala yang disampaikan oleh Ketua Majelis Klasis, Pdt. Saneb Y. Ena Blegur, S.Th; sambil memberi beberapa catatan memprihatinkan tentang pergumulan Amanuban Timur pada umumnya, antara lain tentang: a). pengeluhan tentang mata air; b). isu penjualan orang/human traficking; c). kekerasan terhadap perempuan dan anak, kematian ibu hamil, bayi/balita; dan d). isu pluralitas. Secara khusus untuk poin b dan c, kabupaten Timor Tengah Selatan ini, tercatat pada tempat tertinggi.

dscn6374Mampukah kita mengakomodir semua ini dalam persidangan kita?, tanya beliau melanjutkan sambutan tersebut. Menjawab tantangan tersebut, beliau memulai dengan mengingat kembali sub tema pelayanan GMIT lalu, yang mana kata kuncinya adalah “bertolong-tolongan”. Sementara kata kunci tema pelayanan tahun ini adalah “kita berkarya/mewujudnyatakannya”. Harapan yang ingin dicapai adalah kesinambungan antara sub tema yang lalu dan tahun ini secara sederhana kada kuncinya adalah “KARYA KITA”. ‘Jangan hanya omong saja, tapi ketika dievaluasi kembali ternyata belum dilakukan’. Adalah lebih baik: “Omong banyak, kerja juga banyak supaya bisa tercapai apa yang kita gumulkan ini”. Selamat bersidang, Tuhan Yesus memberkati…tutup beliau.

Pdt. Yaksih sebagai ketua BPAPE ketika menyampaikan materi tema dan sub tema mewakili MSH GMIT, sambil menggarisbawahi suara gembala yang disampaikan oleh KMK, tentang bertolong-tolongan, beliau mengajak para peserta sidang dengan ajakan: mari berkarya…, sambil memperhatikan latar belakang dipakainya tema pelayanan ini. Beberapa catatan penting tentang kehadiran gereja protestan di dunia yang mana pada tahun 2017 mendatang mencapai umur 500 tahun reformasi, sementara GMIT yang menginjak usia 70 tahun di 31 Oktober mendatang… apa yang mau kita buat bagi dunia? Dari reformasi Luther, lahir demokrasi hingga sekarang…, sementara angka 70 merupakan angka spesial dalam Alkitab…ibarat manusia sudahlah sangat bijaksana dalam segala hal…

dscn6397Selanjutnya sebagai satu bangsa kita sedang ada dalam persoalan politik yang rumit karena kita ini negara hukum dan demokrasi tetapi dalam menjalankannya muncul kekacauan karena kepentingan-kepentingan. Gereja ada untuk menyampaikan suara kenabiannya.

Dari latar belakang di atas ditemukanlah satu kata yang tepat dalam Alkitab yaitu: Wahyu 21:5 (…menjadikan segala sesuatu menjadi baru…). Untuk menjadikan segala sesuatu baru itu harus dimulai dari dalam diri: pemimpin, bagaimana para pemimpin itu bisa meneladani Kristus dalam hal spiritualitas: memulai dan mengakhiri segala pelayanan dengan doa, sebelum melakukan pelayanan, Ia selalu pergi ke Bait Allah, membangun persekutuan dengan orang-orang, di sana Ia membaca Alkitab kemudian keluar dan melayani dengan melibatkan orang-orang. Yesus selalu bergumul bersama dengan orang itu sebelum Dia melakukan penyelamatan… hanya mereka yang ada dan tinggal di tempat kita melayani yang tahu konteks pelayanan kita, hubungan yang kita bangun dengan sesama GMIT, warga lain dalam pluralitas, bagaimana kita melihat sesama kita untuk membangun damai?

Di sinilah gereja tampil sebagai nabi yang menciptakan kedamaian, harus ada empat sikap yang disaksikan yaitu: positif (menanggapi segala sesuatu secara positif), kritis (ini berbeda dengan kritik. Ini selalu ada jalan keluar yang baik yang didapat pada akhirnya), kreatif (menggunakan cara yang tidak bertentangan dengan aturan tetapi menghasilkan perubahan dan realistis (segala sesuatu yang dilakukan harus mendarat, bukan melayang-layang), tutup pdt. Yaksih. nw

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *