MENGEMBALIKAN HARAPAN YANG SIRNA – Lukas 7:11-17

MENGEMBALIKAN HARAPAN YANG SIRNA

Lukas 7:11-17

Bunyi pepatah tua orang Yahudi mengatakan bahwa bumi disangga oleh anak-anak. Anak lebih berharga dari pada persembahan. Anak adalah investasi masa depan dan harta orang tua. Ada perlakuan masyarakat Yahudi kepada perempuan – perempuan yang tidak memiliki anak. Kita tentu tahu cerita Sara, Rahel, Hana. Jadi jika seseorang dikaruniai anak maka dipandang sebagai karunia Allah.

Bacaan kita saat ini, mengisahkan nasib malang yang dialami oleh janda ini, anak laki-laki satu-satunya meninggal dunia. Dia telah kehilangan suaminya, kini ia kehilangan anaknya lagi. Harapan si janda sirna sudah.

Yesus bersama murid-murid-Nya masuk di Nain, Lukas menyebutkan kota. Nain artinya menyenangkan. Menurut beberapa catatan, Nain adalah sebuah desa yang terletak dekat perbatasan Galilea dan Samaria. Terkait penggunaan sebutan kota, Lukas memang selalu memakai kata yang menyatakan “kota” untuk setiap daerah kendati Nain adalah sebuah desa.

Bila dilihat dengan lebih spesifik, peristiwa tersebut terjadi di dekat pintu gerbang kota. Keterangan tersebut berbeda dengan fakta, sebab para ahli purbakala menyatakan bahwa di Nain tidak ada pintu gerbang. Penggunaan frasa pintu gerbang agaknya adalah cara Lukas menggambarkan peristiwa itu dalam keadaan semacam kota yang dikenal oleh pembaca-pembacanya.

Waktunya Lukas tidak memberitahukan kepada kita. Satu-satunya penjelasan adalah bahwa kisah tersebut terjadi ketika Yesus mengunjungi kota Nain (ay. 11-12). Kunjungan ke kota Nain adalah kelanjutan perjalanan Yesus setelah dari Kapernaum.

Penduduk Nain kehidupan mereka erat dengan budaya Yahudi. Salah satunya tampak dari tindakan saat mengusung jenazah pemuda untuk dimakamkan. Tradisi Yahudi mengajarkan agar mereka yang meninggal sesegera mungkin dimakamkan. Hal itu pulalah yang dilakukan oleh rombongan yang mengusung jenazah pemuda di Nain.

Kisah Yesus yang membangkitkan pemuda di Nain merupakan bagian dari kisah karya publik Yesus di Galilea. Dalam perikop tersebut ada tiga tindakan yang dibuat oleh Yesus.

Pertama, Yesus menghibur janda yang menangisi kematian anaknya (ay. 13). Yesus berkata , “jangan menangis “.

Tindakan yang dibuat Yesus terjadi karena Ia berfokus pada nasib si janda. Bukan karena iman si janda seperti cerita – cerita penyembuhan sebelumnya. Situasi yang dihadapi si janda itu membuat Yesus tergerak hati-Nya. Rupa-rupanya bagian ini menjadi pengingat terkait pesan yang berbunyi: Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa (Luk 6:21).

Sesuatu yang menyiratkan akan adanya pengharapan. Dalam bagian ini, Lukas juga menyebut Yesus dengan istilah Tuhan “dan ketika Tuhan melihat janda itu..’’ Istilah tersebut mempertegas tujuan dari tindakan Yesus sebagai penyelamat dunia.

Kedua, Yesus menyentuh usungan jenazah (ay . 14). Ini bukan tindakan penyembuhan, tetapi tampaknya dirancang hanya untuk menghentikan prosesi; namun demikian, hanya dengan menyentuh usungan jenazah, Yesus sekali lagi telah melewati batas kemurnian ritual. Ketika menyentuh usungan jenazah, Yesus telah melampaui Taurat yang menyatakan bahwa menyentuh usungan jenazah itu najis bagi orang Yahudi (Bil 19:16). Hal ini menegaskan bahwa Yesus yang berkarya itu menjadi penggenap Taurat. Dan dia datang dan menyentuh usungan jenazah .

Pemuda itu hendak dimakamkan dengan cara Yahudi, yang berbeda dengan adat Mesir. Mayatnya tidak dibaringkan di dalam peti mati atau peti mumi, tetapi hanya di atas usungan terbuka, di mana orang mati dibaringkan dalam lipatan kain linen; jadi Lazarus dikuburkan di Betania, dan Tuhan kita dikuburkan di kuburan batunya di taman Yusuf dari Arimatea. Serbet, atau sudarium, dibentangkan tipis-tipis pada wajah. Menyentuh usungan jenazah yang dibaringkan merupakan suatu polusi bagi orang yang masih hidup.

Yesus menyentuhnya larangan hukum Taurat  yang menyatakan bahwa hal itu polusi, najis. Manusia berusaha menghindari sesuatu najis namun Yesus menyentuh yang najis untuk manusia disembuhkan.

Dengan demikian Taurat bukan lagi yang utama melainkan kesusahan si janda dan kehidupan anak lebih dari aturan keagamaan. Yesus mau memulihkan harapan yang sirna dari janda tersebut. Dengan kata lain kemanusiaan yang diutamakan Yesus. Pelayanan Yesus mengutamakan manusia bukan aturan atau tradisi keagamaan, bahkan melampaui iman.

Cerita Yesus membangkitkan anak dari si janda bukan karena iman si janda atau orang-orang yang ada, namun belas kasih Yesus.

Belas kasih yang tidak diukur dengan keberimanan , tidak diukur dengan kebaikan manusia, tidak diukur dengan ketaatan dan kesetiaan manusia melakukan aturan keagamaan, tetapi semata-mata karena kasih-Nya kepada segala ciptaan. Hati Allah luas, seluas jagat. Lagu sekolah Minggu bilang, kasih Allah amat indahnya, lebih dalam tak kuselami, lebih tinggi tak kulompati, lebih luas tak tekelilingi.

Ia tidak mau melihat umat-Nya hidup terus dalam kesedihan, karena kesedihan manusia adalah kesedihan-Nya, luka manusia adalah luka-Nya, air mata manusia adalah air mata-Nya.

Yesus memprioritaskan harapan akan masa depan dan memenuhi harapan mereka yang tak memiliki harapan.

Ketiga, Yesus berkata kepada si pemuda yang mati itu “bangkitlah!” (Ay. 14). Ini adalah tindakan penyembuhan, dan dengan tindak tutur ini Yesus membuktikan dimensi yang mencolok dari otoritas, status, dan peran institusionalnya yang nyata dalam tujuan penyelamatan Tuhan. Dalam Injil Lukas, kata bangkit digunakan juga untuk orang lumpuh dan orang dengan tangan yang layu (lih. Luk 6:8). Ungkapan yang digunakan Lukas agaknya sangat kental dengan nuansa kedokteran yang menjadi latar belakangnya. Namun lebih dari itu, yang terpenting adalah bahwa di sini Yesus menunjukkan bahwa Dia adalah yang diutus Bapa mewartakan kasih kepada banyak orang.

Kisah Yesus membangkitkan pemuda di Nain memiliki kemiripan dengan kisah Elia dan Elisa yang membangkitkan anak seorang janda di Sarfat (lih. 1 Raja-raja 14:17-24) dan Elisa yang membangkitkan anak dari perempuan Sunem (lih. 2 Raja-raja 4:32-37). Secara bentuk, ketiga kisah ini sangat mirip dengan kisah mukjizat yang diceritakan dalam budaya Helenis. Dengan cerita ini Lukas ingin mengatakan bahwa Yesus Tuhan memenuhi peran yang dilakukan oleh Tuhan Allah lebih dari seorang nabi. Ia adalah Nabi yang karya-Nya menggenapi karya seluruh nabi terdahulu.

Pada bagian akhir kisah Lukas menceritakan bahwa orang-orang menyebarkan kabar tentang karya Yesus ke seluruh daerah. Mereka menyebarkan kabar dengan mengatakan bahwa nabi besar telah dibangkitkan dan Tuhan telah mengunjungi umat-Nya. Dengan demikian dapat ditarik pokok teologis sebagai berikut:

Pertama Yesus adalah Tuhan sebagai penyelamat. Jelas bahwa dalam perikop tersebut Yesus membuat mukjizat yang tujuannya adalah untuk mengantar orang-orang menyadari keselamatan yang datang dari Allah. Yesus menyatakan bahwa mukjizat-mukjizat yang dikerjakan-Nya dan pewartaan bagi orang miskin adalah pemenuhan nubuat keselamatan. Ia hadir sebagai Juruselamat yang memberi harapan akan keselamatan dan kehidupan.

Kedua, Yesus adalah nabi. Sebagai nabi Ia diutus untuk menyatakan bahwa Allah itu murah hati kepada semua orang. Kemurahan hati-Nya itu ditujukan kepada semua orang termasuk janda yang anaknya dibangkitkan oleh Yesus. Dalam perikop Yesus membangkitkan pemuda di Nain, kenabian Yesus tampak dari tindakan-Nya yang mirip dengan tindakan nabi Elia dan Elisa. Yesus membangkitkan pemuda di Nain, sementara Elia membangkitkan anak seorang janda di Sarfat dan Elisa membangkitkan anak perempuan Sunem. Dengan cara ini Lukas ingin menyatakan bahwa sekarang harapan-harapan yang sejak dulu hidup di dalam lingkungan umat Allah, yaitu harapan mesianis-apokaliptis, mesti diikatkan pada pribadi Yesus.

Ketiga, Yesus menyentuh usungan jenazah, mau menunjukkan bahwa Ia adalah Tuhan yang melampaui aturan keagamaan yang dibuat oleh manusia. Tuhan yang Kudus menyentuh yang najis  agar manusia yang najis dipulihkan. Ia datang untuk memberi pengharapan bagi mereka yang kehilangan harapan dan menghidupi mereka yang mati.

POKOK-POKOK RENUNGAN

Pertama, kita masih berada dalam minggu – minggu penampakan Yesus. Dari Firman Tuhan saat ini kita belajar bahwa kebangkitan dan penampakan Yesus merupakan pernyataan bahwa Ia adalah Tuhan yang memberikan pengharapan kepada mereka yang hilang harapan. Yesus hadir tengah -tengah kita untuk memberikan harapan pemulihan. Minta Dia hadir di tengah-tengah kita melalui doa-doa kita, karena Ia hadir memberi kehidupan. Ia pemenuhan harapan kita.

Menurut prediksi, jika terjadi perang antara Israel dan Irak, maka bisa memicu perang dunia ketiga. Konflik Iran dan Israel akan berakibat pada kenaikan harga BBM dan rupiah yang kini melemah terhadap dolar Amerika AS.

Jika situasi ini akan terus berlanjut, maka akan berdampak pada semua aspek kehidupan khususnya ekonomi. Banyak orang akan semakin kehilangan harapan. Firman Tuhan mengingatkan kita; bagaimana sikap dan upaya gereja terhadap situasi tersebut?

Kedua, dari Firman Tuhan kita belajar tentang Allah yang berbelas kasih, murah hati untuk menolong manusia.

Bukan seperti manusia yang melihat sesamanya yang menderita, bukan menolong, tetap mengambil gambar, rekam, lalu memposting di media dan menulis caption teks disertai emoji sedih atau menangis. Atau hanya berkata “aduh, kasian” . Yesus mengajarkan Anda dan saya (gereja) memberikan aksi nyata dalam hal menolong sesama. Anda dan saya melihat mereka yang susah dan berbelas kasih seperti Yesus. Tugas gereja adalah menyatakan hati Yesus kepada mereka yang membutuhkan pertolongan. Hari Allah yang luas itu. Belas kasih Yesus seharusnya belas kasih Anda, saya, dan gereja. Belas kasih bukan karena iman (sesama orang beriman) dari orang yang Anda dan saya pimpin, kesetiaan dalam bergereja tapi karena kemanusiaan. Kemanusiaan melampaui latar belakang seseorang.

Ketiga, lewat cerita ini kita belajar, bahwa prioritas pelayanan Yesus adalah kemanusiaan, bukan tradisi dan aturan keagamaan. Jika aturan atau tradisi dalam gereja Anda dan saya hanya untuk melayani sistem atau orang tertentu, maka itu bukan pelayanan Yesus.

Setelah Yesus bangkit Ia menampakkan diri kepada murid-murid yang terpuruk karena kehilangan harapan.

Jika Anda, saya (gereja) adalah pengikut Yesus maka prioritas kehadiran kita memberi pemulihan dan harapan bagi mereka yang tak ada harapan. Harapan bagi mereka yang kehilangan harapan.

Keempat, pelayanan Anda dan saya kepada sesama harus menjadi kesaksian bagi orang lain. Dalam diri Yesus, harapan kita telah terpenuhi. Nabi-nabi dalam PL (Elia dan Elisa) pelayanan mereka, mukjizat yang mereka lakukan menunjukkan kepada harapan Mesianik. Kini Sang Mesianik, harapan Anda dan saya telah terpenuhi. Di dalam Dia ada jaminan masa depan. Terus berpengharapan kepada-Nya. Ia tidak mengecewakan Anda dan saya. Amin. FN.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *